Paper
1. PENYUSUNAN SINTESIS
Sintesis
merupakan bentuk lain dari kegiatan atau metode berpikir. Secara sederhana,
Russel menyatakan bahwa sintesa logik berarti menentukan makna pernyataan atas
dasar empirik. Meskipun demikian, kebenaran proposisi Russel perlu dianalisis
dengan membedah pengertian yang dikemukakan.
Secara etimologis, sintesis berasal dari bahasa Yunani syntithenai (syn- + tithenai) yang berarti ‘meletakkan’ atau ‘menempatkan’
(Meriam-Webster Dictionary, 2009). Lebih lanjut, dalam suber yang sama, entri
sintesis diartikan sebagai komposisi atau kombinasi bagian-bagian atau
elemen-elemen yang membentuk satu kesatuan. Selain itu, sintesis juga diartikan
sebagai kombinasi konsep yang berlainan menjadi satu secara koheren, dan
penalaran induktif atau kombinasi dialektika dari tesis dan antitesis untuk
memperoleh kebenaran yang lebih tinggi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) sintesis
diartikan sebagai “paduan berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan
kesatuan yang selaras atau penentuan hukum yang umum berdasarkan hukum yang
khusus.” Pengertian ini sejalan dengan pendapat Kattsof (1986) yang menyatakan
bahwa logika sintesis adalah kegiatan berpikir logis yang melakukan
penggabungan semua pengetahuan yang diperoleh untuk menyusun suatu pandangan
atau konsep. Sintesis dalam filsafat merupakan kombinasi bagain atau elemen
untuk menghasilkan pandangan atau sistem yang lebih legkap atau sempurna.
Koherensi yang dihasilkan dianggap mampu menunjukkkan kebenaran secara lengkap
daripada hanya sebagai kumpulan dari bagian-bagaian. Istilah sintesis juga
merujuk pada peningkatan derajat kebenaran yang mengkombinasikan kebenaran
tesis dan antitesis dalam filsafat dialektika Hegel berkebangsaan Jerman abad
ke-19. Filsafat Jean-Paul Sartre menekankan jenis eksistensi sintesis. Dalam Being and Nothingness,
kesadaran (pour-soi) selalu mencoba menjadi ada (en-soi), untuk mencapai sebuah
sintesis sebagaimana adanya antara ke-ada-an dan ketiadaan.
Dengan demikian, jelaslah kiranya bahwa analisis dan
sintesis merupakan bentuk kegiatan berpikir atau berlogika yang menggunakan
bahasa dan referensinya sebagai alat bedah nalar bagi proposisi untuk
menyatakan kebenaran sebuah pernyataan.
Relasi Ganda dalam Analisis Sintesis
Istilah “analisis” dan “sintesis”, sebagai label
pembedaan metode argumentasi antara yang deduktif dan induktif setidak-tidaknya
seusia dengan Euklides. Dalam Elements-nya, Euklides menerangkan sejelas-jelasnya
bahwa dua metode ini sebaiknya tidak dipahami sebagai saling terpisah, tetapi
salingmelengkapi. Metodenya memperlihatkan ketepatan
teorema-teorema geometrisnya dengan mula-mula menggunakan metode argumentasi
analitik (deduktif), dan kemudian mendukung simpulannya dengan penalaran
sintetik (induktif). Proses praktis penyusunan deduksi (berlawanan dengan
bentuk tertulisnya) berawal dengan perumusan suatu simpulan, lalu pembuktiannya
dengan pencarian dua atau lebih asumsi yang benar yang bisa berfungsi sebagai
landasannya. Proses induksi berawal dengan pengumpulan potongan-potongan bukti empiris, lalu
ini digunakan sebagai landasan untuk menarik kesimpulan.
Jika logika
analitik menawarkan kejelasan pengindraan (yakni keluasan pengetahuan), logika
sintetik menawarkan kejelasan wawasan (yakni kedalaman pemahaman). Bila
dimanfaatkan dengan tepat, kedua jenis logika itu tidak perlu dianggap
bersaingan, tetapi seharusnya dipandang saling melengkapi, sebagaimana deduksi
dan induksi yang bisa digunakan secara efektif sebagai metode-metode
argumentasi yang saling melengkapi (atau bersifat komplementer). Salah satu
cara terbaik untuk menggambarkan pertalian komplementer ini adalah
mengaitkannya dengan pembedaan yang kita pelajari dari Kant, antara kawasan
pengetahuan-nirmustahil dan kebodohan-pasti.
Logika
analitik dapat digunakan untuk menghasilkan pengetahuan kapan saja bilamana
yang terpikir dipaparkan di dalam tapal batas transendental (umpamanya, sesuatu
yang dapat kita lihat). Akan tetapi, begitu kata-kata untuk memerikan hal-hal
yang terletak di luar tapal batas ini digunakan, logika analitik bukan hanya
kehilangan dayapenjelasnya, melainkan sesungguhnya juga dapat menjerumuskan
kita ke dalam penyimpulan yang menyesatkan. Contoh kasus sebagaimana yang
diperlihatkan oleh Chuang Tzu kepada kita dalam memaparkan Tao, bila berhadapan
dengan persoalan yang tidak begitu kita ketahui dengan pasti, kita bisa
menemukan hal-hal yang kita yakini dengan memanfaatkan logika sintetik untuk
memperoleh wawasan yang dibutuhkan untuk mendukung keyakinan-keyakinan itu.
Istilah “analitik” dan “sintetik” telah dipakai oleh
filsuf-filsuf dengan berbagai cara yang berbeda. Dalam waktu yang relatif lama,
cara yang pada umumnya diterima pemakaiannya untuk menunjukkan dua metode
argumentasi adalah cara penggunaan istilah-istilah ala Euklides. Namun Kant
mengembangkan cara-baru penggunaan istilah-istilah tersebut, yang dengan
demikian menunjukkan dua tipe proposisiyang berlainan. Menurut Kant, proposisi
adalah analitik jika
subyeknya “terkandung di dalam” predikatnya, sedangkan yang sintetik adalah yang subyeknya berada “di luar”
predikatnya. Jadi, proposisi dalam ungkapan “Merah adalah warna” termasuk analitik, karena
konsep “merah” masuk sebagai salah satu unsur konsep “warna”. Berdasarkan hal
itu, proposisi “Kapur tulis ini putih” adalahsintetik, karena
seseorang tidak akan mengetahui bahwa benda tersebut adalah “kapur tulis” jika
hanya diberitahu bahwa kapur tulis itu putih (Palmquist, 2000).
Menurut Palmquist (2000), Kant juga memberi beberapa
pedoman lain yang lebih ketat untuk menentukan apakah suatu proposisi adalah analitik ataukah sintetik. Kebenaran
proposisi analitikselalu bisa diketahui melalui logika saja.
Jadi, jika makna kata-kata sudah diketahui, proposisi ini tidak informatif.
Proposisi analitik mampu menjelaskan dirinya sendiri. Yang harus dilakukan
hanyalah mengatakan “merah” dan bagi mereka yang memahami makna kata ‘merah’
akan segera
tahu bahwa pembicara
sedang membicarakan warna. Seperti halnya penyimpulan deduktif yang baik,
kebenaran proposisi analitik bersifat konseptual murni dan, karenanya, bersifat niscaya.
Sebaliknya, kebenaran proposisi sintetik mensyaratkan
pemanfaatan sesuatu yang lebih dari sekadar konsep. Seperti argumen induktif,
pada proposisi sintetik terdapat pemanfaatan intuisi, yaitu keadaan faktual
obyek. Akibatnya, proposisi sintetik selalu informatif dan kebenaran
simpulannya tergantung pada
keadaan obyek yang terus-menerus eksis. Jika misalnya seseorang memberitahu
bahwa sepotong kapur tulis yang tersembunyi dalam genggaman tangannya itu putih, maka
kebenaran pernyataannya tergantung pada apakah orang itu mengelabui pendengar
atau berkata benar.
2.
KARANGAN ILMIAH
Karangan
ilmiah merupakan suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat
keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam
bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan
yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau
keilmiahannya.
a. Macam-macam
karya ilmiah
- Laporan
penelitian
- Skripsi
- Tesis
- Disertasi
- Surat
pembaca
- Laporan
kasus
- Laporan
tinjauan
- Resensi
- Monograf
- Referat
- Kabilitasi
b. Perbedaan
skripsi, tesis dan disertasi
- Skripsi adalah
karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar
sarjana (S1). Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat
tersebut didukung data dan fakta empiris-obyektif, baik berdasarkan penelitian
langsung, observasi lapangan atau penelitian di laboratorium, ataupun studi
kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah
sumbangan material berupa penemuan baru.
- Tesis
adalah jenis karya tulis dari hasil studi sistematis atas masalah. Tesis
mengandung metode pengumpulan, analisis dan pengolahan data, dan menyajikan
kesimpulan serta mengajukan rekomendasi. Orisinalitas tesis harus nampak, yaitu
dengan menunjukkan pemikiran yang bebas dan kritis. Penulisannya baku dan tesis
dipertahankan dalam sidang. Tesis juga bersifat argumentative dan dihasilkan
dari suatu proses penelitian yang memiliki bobot orisinalitas tertentu.
- Disertasi adalah
karya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan program S3
ilmu pendidikan. Disertasi merupakan bukti kemampuan yang bersangkutan dalam
melakukan penelitian yang berhubungan dengan penemuan baru dalam salah satu
disiplin ilmu pendidikan.
c. Karangan
ilmiah populer
Karangan
ilmiah populer merupakan suatu karya yang ditulis dengan menggunakan bahasa
yang populer sehingga mudah dipahami oleh masyarakat dan menarik untuk dibaca.
d. Jurnal
ilmiah
Jurnal
ilmiah merupakan salah satu jenis jurnal akademik di mana penulis
mempublikasikan artikel ilmiah. Untuk memastikan kualitas ilmiah pada artikel
yang diterbitkan, suatu artikel biasa diteliti oleh rekan-rekan sejawatnya dan
direvisi oleh penulis, hal ini dikenal sebagai peer review(penelaahan
sejawat).
MENULIS
LAPORAN ILMIAH
a. Konsep,
jenis, dan ciri-ciri laporan ilmiah
Ada beberapa
hal yang mendasari dalam pembuatan laporan ilmiah diantaranya:
- Kegiatan
menulis laporan ilmiah merupakan kegiatan utama terakhir dari suatu kegiatan
ilmiah.
- Laporan
ilmiah mengemukakan permasalahan yang ditulis secara benar, jelas, terperinci,
dan ringkas.
- Laporan
ilmiah merupakan media yang baik untuk berkomunikasi di lingkungan akademisi
atau sesama ilmuwan.
- Laporan
ilmiah merupakan suatu dokumen tentang kegiatan ilmiah dalam memecahkan masalah
secara jujur, jelas, dan tepat tentang prosedur, alat, hasil temuan, serta
implikasinya.
- Laporan
ilmiah dapat digunakan sebagai acuan bagi ilmuwan lain sehingga syarat-syarat
tulisan ilmiah berlaku juga untuk laporan.
Dari beberapa sumber yang ada, terdapat 3(tiga) jenis laporan ilmiah yaitu sebagai berikut:
- Laporan
lengkap (Monograf)
Menjelaskan proses penelitian secara menyeluruh. Teknik penyajian sesuai dengan aturan (kesepakatan) golongan profesi dalam bidang ilmu yang bersangkutan. Menjelaskan hal-hal yang sebenarnya yang terjadi pada setiap tingkat analisis. Menjelaskan juga kegagalan yang dialami,di samping keberhasilan yang dicapai. Organisasi laporan harus disusun secara sistamatis (misalnya :judul bab,subbab dan seterusnya,haruslah padat dan jelas).
Menjelaskan proses penelitian secara menyeluruh. Teknik penyajian sesuai dengan aturan (kesepakatan) golongan profesi dalam bidang ilmu yang bersangkutan. Menjelaskan hal-hal yang sebenarnya yang terjadi pada setiap tingkat analisis. Menjelaskan juga kegagalan yang dialami,di samping keberhasilan yang dicapai. Organisasi laporan harus disusun secara sistamatis (misalnya :judul bab,subbab dan seterusnya,haruslah padat dan jelas).
- Artikel
ilmiah
Artikel ilmiah biasanya merupakan perasan dari laporan lengkap. Isi artikel ilmiah harus difokuskan kepada masalah penelitian tunggal yang obyektif. Artikel ilmiah merupakan pemantapan informasi tentang materi-materi yang terdapat dalam laporan lengkap.
Artikel ilmiah biasanya merupakan perasan dari laporan lengkap. Isi artikel ilmiah harus difokuskan kepada masalah penelitian tunggal yang obyektif. Artikel ilmiah merupakan pemantapan informasi tentang materi-materi yang terdapat dalam laporan lengkap.
- Laporan
ringkas
Laporan ringkas adalah penulisan kembali isi laporan atau artikel dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti dengan bahasa yang tidak terlalu teknis (untuk konsumsi masyarakat umum).
Laporan ringkas adalah penulisan kembali isi laporan atau artikel dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti dengan bahasa yang tidak terlalu teknis (untuk konsumsi masyarakat umum).
Adapun
ciri-ciri laporan yang baik antara lain:
- Penggunaan
bahasa yang ilmiah (baku).
- Dalam
penulisan laporan hanya menerima tulisan dengan jenis perintah bukan tanya.
- Laporan
disertakan dengan identifikasi masalah
- Data
yang lengkap sebagai pendukung laporan
- Adanya
kesimpulan dan saran
- Laporan
dibuat menarik dan juga interaktif
b. Unsur-unsur
kerangka laporan
Kerangka Laporan ilmiah umumnya terdiri dari 3 atau 4 bagian yang disusun dari atas kebawah sebagai berikut:
Kerangka Laporan ilmiah umumnya terdiri dari 3 atau 4 bagian yang disusun dari atas kebawah sebagai berikut:
- Judul
laporan terdiri terutama subjek, atau didahului dengan ‘ Laporan tentang’ ,
‘Laporan Kemajuan tentang’, ’Laporan Tahunan tentang’, ’Penelitian tentang’ dan
sebagainya. Judul laporan berbeda dari judul buku.
- Nama
dan identitas penerima laporan Unsur ini tidak selalu ditulis. Jika ditulis,
maka sebelumnya didahului dengan kata-kata ‘Diserahkan kepada’. Jika penerima
laporan memiliki kedudukan resmi, tulislah kedudukan itu. Dan Nama dan
identitas penulis Sebelum nama penulis biasanya didahului dengan perkataan
‘Oleh’ dan diikuti oleh gelar.
- Tempat
dan tanggal dibagian bawah halaman ditulis tempat dan tanggal dalam 2 baris
terpisah.
c. Persyaratan
bagi pembuat laporan ilmiah
- Memiliki
pengetahuan tangan pertama tentang hal yang dilaporkan. Sering
kali pengetahuan tangan pertama itu perlu dilengkapi dengan
pengetahuan dan pengalaman orang lain.
- Memiliki
sifat tekun dan teliti. Laporan yang baik tidak meninggalkan pertanyaan
tak terjawab bagi pembacanya. Semua kesimpulan yang dapat ditarik dan
pernyataan-pernyataan umum harus dibuat secara tepat.
- Bersifat
objektif. Pernyataan yang dibuat harus menurut kenyataan; kesimpulan dan
rekomendasi dibenarkan oleh kenyataan, walaupun konklusi dan rekomendasi
itu berlawanan dengan yang diharapkan, bahkan dapat berakibat merugikan
bagi dirinya sendiri.
- Kemampuan
untuk menganalisis dan menyamaratakan. Laporan itu adalah sebuah analisis.
Pembuat laporan membagi-bagi subjek, memperlihatkan bagian-bagian yang
berbeda, dan menunjukkan kaitannya satu dengan yang lain.
d. Manfaat
penyusunan laporan ilmiah
- Dasar
penentuan kebijakan dan pengarahan pimpinan
- Bahan
penyusunan rencana kegiatan berikutnya
- Mengetahui
perkembangan dan proses peningkatan kegiatan
- Data
sejarah perkembangan satuan yang bersangkutan dan lain-lain.
FORMAT
MAKALAH ILMIAH
Makalah
adalah karya tulis ilmiah yang membahas pokok masalah tertentu yang tercakup
dalam ruang lingkup tertentu. Makalah juga dapat diartikan sebagai karya
akademis yang biasanya diterbitkan atau dipublikasikan pada jurnal yang
bersifat ilmiah.
a. Format
makalah ilmiah
1. Bagian
awal atau pembuka
Bagian awal
ini dimulai dari halaman judul sampai dengan abstrakpenelitian.
Komponen-komponen bagian ini secara rinci dapat dijelaskan sebagai
berikut:
- Halaman
Sampul dan Halaman Judul
- Halaman
Persetujuan
- Halaman
Pengesahan
- Kata
Pengantar
- Daftar
Isi
- Daftar
Tabel dan Halaman Gambar (jika ada)
- Abstrak
2. Bagian
isi
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang Masalah
- Rumusan
masalah
- Tujuan
Penelitian
- Manfaat
Penelitian
- Batasan
masalah
- Definisi
Istilah (Boleh ada, boleh tidak)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA/LANDASAN TEORI
- Kerangka
Teoretis
- Kerangka
Pemikiran
- Hipotesis
(jika ada)
BAB III
METODE PENELITIAN
- Subjek
dan Objek
- Metode
Pengumpulan Data
- Alat
Penelitian
- Metode
Analisis Data
BAB IV HASIL
DAN PEMBAHASAN
- Hasil
Penelitian
- Pembahasan
BAB V
KESIMPULAN SARAN
- Kesimpulan
- Saran
3. Bagian
akhir
- Daftar
Pustaka
Bagian ini
berisi daftar semua pustaka yang dijadikan acuan atau pegangan, serta landasan
penelitian. Daftar pustaka disusun atas dasar alfabetis nama pengarang tanpa
nomor urut. (1) nama pengarang, (2) tahun terbit, (3) judul buku, (4) tempat
penerbitan, dan (5) nama penerbit.
b. Topik,
tujuan, dan tesis makalah ilmiah
Persiapan
untuk menulis sebuah karya ilmiah berbeda dengan persiapan menulis sebuah
berita. Jika menulis berita topik sudah tersedia, yakni hal yang harus diliput.
Tidak demikian dengan karya ilmiah seringkali topik sudah ditentukan tapi
terkadang juga si penulis harus menentukan topiknya sendiri. Biasanya topik
yang dipilih berkaitan dengan hal yang sedang diteliti. Karya ilmiah harus
disusun secara sistematis, setiap langkah terencana serta terkendali,
konseptual dan prosedural. Berdasarkan syarat tersebut kemudian dilakukan
pemilihan topik disertai penetapan tujuan, kemudian topik dan tujuan tersebut
dirumuskan menjadi sebuah tesis yang utuh.
Topik
seringkali sulit dibedakan dari judul, sebuah topik dapat apa saja pada
akhirnya dijadikan judul tulisan. Tetapi topik tidak sama dengan judul, tidak
selalu sebuah topik adalah sebuah judul. Mungkin saja terjadi sebuah judul
mengandung topik. Dalam Keraf (1997), dikatakan bahwa topik berasal dari kata
Yunani, topoi, yang berarti ‘tempat’.
Ada empat
syarat memilih topik, yaitu:
- Menarik
minat penulis
- Diketahui
dan dikuasai oleh penulis
- Harus
cukup sempit dan terbatas. Sebaiknya tidak terlalu baru, teknis, atau
controversial (khusus untuk penulis pemula).
3. KONSEP MENULIS
LAPORAN ILMIAH
1. Pengertian
Penulisan Ilmiah
Penulisan ilmiah adalah
penulisan hasil berpikir ilmiah yang di dalamnya mencerminkan ciri ilmu
pengetahuan. Penulisan Ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh seorang
penulis berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya.
Definisi lain juga menyebutkan bahwa karya ilmiah (scientific paper)
adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau
pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi
kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
2. Ciri
Penulisan Ilmiah
Ciri-ciri dari penulisan ilmiah antara
lain adalah:
1) Isi
mencerminkan hakikat ilmu pengetahuan atau objek ilmu tertentu.
2) Mengandung
teori atau kerangka berpikir.
3) Terdapat
metode analisis (cara mencari dan menemukan kebenaran).
4) Mengandung
penalaran.
3. Tipe-tipe
Tulisan Ilmiah
Menurut Jonathan
Sarwono, (2010 : 11), pada umumnya, tulisan ilmiah dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu tu;lisan ilmiah populer dan tulisan ilmiah murni.
1) Ciri-ciri
dan karakteristik tulisan ilmiah populer, antara lain:
(a) Adanya
pesan yang dipergunakan untuk menarik perhatian pembaca, yang dapat juga
dikatakan persuasif. Hal ini disebabkan karena pada umumnya pembaca yang ditargetkan
ialah umum atau bukan spesialis di bidang ahli mengenai topik bahasan yang
ditulis.
(b) Isi
tulisan diusahakan untuk memikat pembaca agar yang bersangkutan tetap terus
membaca tulisan tersebut sampai selesai.
(c) Penulisan
melakukan kontekstualisasi data hasil riset ke dalam tulisan tersebut sehingga
data dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca umum.
(d) Bahasa
yang dipergunakan bersifat umum dan tidak menggunakan terminologi khusus yang
hanya dipahami oleh ilmuwan atau kelompok tertentu.
(e) Biasanya
struktur kalimat yang dipergunakan ialah kalimat aktif.
(f) Gaya
penulisan tidak baku.
(g) Umumnya,
informasi dipaparkan dalam bentuk narasi.
(h) Uraian
dipaparkan ke dalam bentuk umum yang dapat menarik, baik aspek intelektual
pembaca maupun menyentuh emosi pembaca yang bersangkutan.
(i) Secara
implisit, kadang mengandung pesan tertentu berupa keinginan penulis agar
pembaca melakukan tindakan tertentu.
2) Ciri-ciri
dan karakteristik tulisan ilmiah murni, antara lain:
(a) Penulis
berusaha memaparkan data apa adanya secara objektif.
(b) Temuan
kajian ditulis dalam bentuk sistematis, terstruktur, dan baku.
(c) Penulis
banyak menggunakan bahasa dan terminologi khusus atau disebut “jargon ilmiah”
yang hanya dapat dipahami oleh ilmuwan yang sama bidang ilmunya dengan pokok
bahasan yang ditulis.
(d) Umumnya,
menggunakan struktur kalimat pasif.
(e) Gaya
penulisan yang dipakai bersifat baku.
(f) Tulisan
digunakan untuk mendapatkan informasi dalam bentuk khusus yang hanya digunakan
untuk menarik kemampuan intelektual pembaca.
(g) Tulisan
bersifat bebas dari opini penulis.
(h) Terdapat
jarak antara penulis dengan hal-hal yang dikaji.
4. Macam-macam
Karya Tulis Ilmiah
Salah satu ciri khas
karya ilmiah adalah lewat bentuknya yakni tertulis, baik di buku, jurnal,
majalah, surat kabar, maupun yang tersebar di internet. Sesuai dengan cirinya
yang tertulis, maka karya tulis ilmiah dapat berwujud dalam bentuk makalah
(dalam seminar atau simposium), artikel, laporan praktikum, skripsi, tesis, dan
disertasi, yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan
ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah
tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan
penelitian atau pengkajian selanjutnya.
1) Makalah
Makalah adalah karya ilmiah yang membahas
suatu pokok persoalan, sebagai hasil penelitian atau sebagai hasil kajian yang
disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah (seminar) atau yang berkenaan dengan
tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen yang harus diselesaikan
secara tertulis oleh mahasiswa.
2) Skripsi
Skripsi adalah karya ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan atau kajian pustaka dan dipertahankan di depan sidang ujian dalam rangka penyelesaian studi tingkat strata satu (S1) untuk memperoleh gelar sarjana.
Skripsi adalah karya ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan atau kajian pustaka dan dipertahankan di depan sidang ujian dalam rangka penyelesaian studi tingkat strata satu (S1) untuk memperoleh gelar sarjana.
3) Tesis
Tesis adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat program strata dua (S2), yang diajukan untuk dinilai oleh tim penguji guna memperoleh gelar magister. Pembahasan dalam tesis mencoba mengungkapkan persoalan ilmiah tertentu dan memecahkannya secara analisis kristis.
Tesis adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat program strata dua (S2), yang diajukan untuk dinilai oleh tim penguji guna memperoleh gelar magister. Pembahasan dalam tesis mencoba mengungkapkan persoalan ilmiah tertentu dan memecahkannya secara analisis kristis.
4) Disertasi
Disertasi adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat strata tiga (S3) yang dipertahankan di depan sidang ujian promosi untuk memperoleh gelar Doktor (Dr.). Pembahasan dalam disertasi harus analitis kritis, dan merupakan upaya pendalaman dan pengembangan ilmu pengetahuan yang ditekuni oleh mahasiswa yang bersangkutan, dengan menggunakan pendekatan multidisipliner yang dapat memberikan suatu kesimpulan yang berimplikasi filosofis dan mencakup beberapa bidang ilmiah.
Disertasi adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat strata tiga (S3) yang dipertahankan di depan sidang ujian promosi untuk memperoleh gelar Doktor (Dr.). Pembahasan dalam disertasi harus analitis kritis, dan merupakan upaya pendalaman dan pengembangan ilmu pengetahuan yang ditekuni oleh mahasiswa yang bersangkutan, dengan menggunakan pendekatan multidisipliner yang dapat memberikan suatu kesimpulan yang berimplikasi filosofis dan mencakup beberapa bidang ilmiah.
5) Artikel
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2002 : 66) menjelaskan bahwa “Artikel merupakan karya tulis lengkap, seperti laporan berita atau esai di majalah, surat kabar, dan sebagainya”. Tartono, (2005 : 84), berpendapat bahwa “Artikel adalah sebuah karangan prosa yang dimuat dalam media massa, yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus yang berkembang dalam masyarakat secara lugas”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2002 : 66) menjelaskan bahwa “Artikel merupakan karya tulis lengkap, seperti laporan berita atau esai di majalah, surat kabar, dan sebagainya”. Tartono, (2005 : 84), berpendapat bahwa “Artikel adalah sebuah karangan prosa yang dimuat dalam media massa, yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus yang berkembang dalam masyarakat secara lugas”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar