Sabtu, 18 April 2015

A.    Karangan ilmiah
Karangan ilmiah adalah biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.

Tujuan karya ilmiah: agar gagasan penulis karya ilmiah itu dapat dipelajari, lalu didukung atau ditolak oleh pembaca.

Fungsi karya ilmiah: sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

1. Penjelasan (explanation)
2. Ramalan (prediction)
3. Kontrol (control)

Hakikat karya ilmiah: mengemukakan kebenaran melalui metodenya yang sistematis, metodologis, dan konsisten.

Syarat menulis karya ilmiah :

1. motivasi dan displin yang tinggi
2. kemampuan mengolah data
3. kemampuan berfikir logis (urut) dan terpadu (sistematis)
4. kemampuan berbahasa

Sifat karya ilmiah formal harus memenuhi syarat:

1. Lugas dan tidak emosional
Mempunyai satu arti, sehingga tidak ada tafsiran sendiri-sendiri (interprestasi yang lain).

2. Logis
Disusun berdasarkan urutan yang konsisten

3. Efektif
Satu kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembagan.

4. Efisien
Hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami

5. Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku.

Jenis-jenis karya ilmiah

karya ilmiah di perguruan tinggi, menurut Arifin (2003), dibedakan menjadi:

1. Makalah, adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berpikir deduktif atau induktif.

2. Kertas kerja, seperti halnya makalah, adalah juga karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Analisis dalam kertas kerja lebih mendalam daripada analisis dalam makalah.

3. Skripsi, adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik bedasarkan penelitian langsung (obsevasi lapangan, atau percobaan di laboratorium), juga diperlukan sumbangan material berupa temuan baru dalam segi tata kerja, dalil-dalil, atau hukum tertentu tentang salah satu aspek atau lebih di bidang spesialisasinya.

4. Tesis, adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.

5. Disertasi, adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih (valid) dengan analisis yang terinci). Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal. Jika temuan orisinal ini dapat dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan penguji, penulisnya berhak menyandang gelar doktor (S3).

Manfaat Penyusunan karya ilmiah

Menurut sikumbang (1981), sekurang-kurangnya ada enam manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut :

1. Penulis dapat terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis karya ilmiah, ia mesti membaca dahulu kepustakaan yang ada relevansinya dengan topik yang hendak dibahas.

2. Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil sarinya, dan mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang.

3. Penulis dapat berkenalan dengan kegiatan perpustakaan seperti mencari bahan bacaan dalam katalog pengarang atau katalog judul buku.

4. Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasi dan menyajikan data dan fakta secara jelas dan sistematis.

5. Penulis dapat memperoleh kepuasan intelektual.

6. Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.

B.     Karangan Non Ilmiah (Fiksi)
Adalah satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dsb.

Ciri-ciri karangan Non Ilmiah :
1. Ditulis berdasarkan fakta pribad
2. Fakta yang disimpulkan subyektif
3. Gaya bahasa konotatif dan popular
4.  Tidak memuat hipotesis
5. Penyajian dibarengi dengan sejarah
6.  Bersifat imajinatif
7. Situasi didramatisir, dan
8. Bersifat persuasif.

C.    Metode Ilmiah
Metode Ilmiah merupakan langkah atau tahap yang teratur dan sistematis yang digunakan dalam memecahkan suatu masalah ilmiah. Metode tersebut berawal dari adanya permasalahan yang diperoleh dari pengamatan terhadap gejala-gejala (fenomena) yang terjadi pada suatu objek pengamatan, misalnya terjadi perkaratan besi. Metode ilmiah mencakup enam langkah berikut ini :
1.      Merumuskan Masalah
Yang akan diteliti dan dipecahkan tentunya berawal dari sebuah masalah. Masalah biasanya berupa pertanyaan ilmiah yang harus dijawab dengan melakukan sebuah percobaan dan penelitian secara ilmiah. Dengan merumuskan masalah, anda telah memahami hal yang akan diteliti dengan langkah metode ilmiah.

2.      Menyusun Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya, jadi dalam langkah kedua ini anda diperlukan untuk membuat dugaan tentang jawaban dari masalah anda sendiri berdasarkan bukti-bukti dan fakta-fakta yang ada. Selanjutnya benar atau tidaknya hipotesa anda harus dibuktikan dengan serangkaian percobaan atau penelitian.
3.      Melaksanakan Penelitian Ilmiah
Setelah anda menyusun hipotesis mengenai masalah yang akan anda pecahkan, selanjutnya anda bisa memulai penelitian yang bertujuan untuk menguji kebenaran dari hipotesa anda. Dalam penelitian anda bisa melaksanakan di laboratorium dengan pedoman keselamatan di ruang laboratorium, namun hal tersebut bergantung pada masalah apa yang akan di pecahkan bila di luar maka diluar laboratorium dengan mengetahui pedoman tersebut.

4.      Mengumpulkan Data dari Hasil Penelitian
Saat penelitian dilaksanakan, anda harus mengamati dengan seksama kemudian setelah itu anda harus mengumpulkan data-data tersebut sebagai data penelitian dan harus disusun dengan baik, dengan begitu data yang anda dapatkan akurat.

Data yang didapatkan bisa data yang berupa angka (Kuantitatif) atau data yang berupa pengamatan indera tanpa satuan ukur.

Dalam suatu eksperimen di kenal adanya variabel dan pembanding, variabel merupakan faktor yang mempengaruhi percobaan, sedangkan pembanding adalah suatu perangkat percobaan. Berikut variabel yang terdapat 4 macam:

o  Variabel Kontrol, merupakan faktor yang dibuat sama
o  Variabel Bebas, merupakan faktor yang sengaja diubah
o  Variabel Terikat, merupakan faktor yang dipengaruhi oleh variabel bebas dan variabel kontrol.
o  Variabel Pengganggu, merupakan faktor yang dapat mempengaruhi hasil percobaan.
Data yang anda kumpulkan tadi, selanjutnya bisa disusun dalam bentuk uraian (diskripsi), tabel, maupun grafik

5.      Mengolah dan Menganalisis Data
Kelompokkanlah data yang tadi anda kumpulkan dari hasil penelitian atau percobaan, kemudian susun sesuai dengan jenis atau keperluan penelitian. Analisalah data-data tersebut dan selanjutnya, anda bisa mengecek apakah hipotesa yang anda buat tadi sesuai atau malah bertentangan dengan hasil yang telah didapat. Apabila hipotesis yang anda buat tadi bersesuaian dengan hasil pengamatan, maka hipotesis diterima, apabila tidak maka sebaliknya, hipotesis ditolak. Jika hipotesis anda ditolak, maka belum tentu anda gagal. Akan tetapi ada masalah yang belum dapat terjawab dari percobaan yang anda lakukan. Oleh karenanya perlu dilakukan penelitian ulang dengan cara memperbaiki hipotesis.

6.      Membuat KesimpulanKesimpulan meruoakan pernyataan yang merangkum apa yang sudah anda lakukan selama kegiatan penelitian. Hasil penelitian perlu dibahas apakah mendukung hipotesis yang semuloa anda buat sesuai atau tidak.

D.    Aspek pendekatan dalam karangan ilmiah
1.      Pendekatan Pembelajaran
Untuk menyelesaikan suatu persoalan pokok dalam memilih teknik belajar-mengajar diperlukan suatu pendekatan tertentu. Pendekatan itu merupakan titik tolak atau sudut pandangan kita memandang seluruh masalah yang adadalam program belajar-mengajar. Salah satu sagi yang sering disoroti orang dalam pengajaran bahasa, termasuk bahasa Indonesia adalah pendekatan yang digunakan oleh pengajar bahasa yang berpengaruh pada pemilihan metode dan strategi atau teknik pengajarannya.
Edward Anthony, seorang ahli lingusitik terapan dari amerika,mengidentifikasi perbedaan antara pendekatan,metode dan teknik.pendekatan adalah serangkaian asumi yang bersifat aksiomatistentang sifat dan hakikat bahasa,pengajaran bahasa serta belajar bahasa.metode adalah rencana teraturdan didasarkan atas suatupendekatan yan dipilih.apabila pendekatan bersifat aksiomatis maka metode bersifat prosedural. Teknik bersifat implementasional, yaitu apa yang sebenarnya terjadi di kelas untuk mencapai tujuan khusus. Teknik harus selaras dengan metode dan metode tidak boleh bertentangan dengan pendekatan. Dengan kata lian, ketiganya mempunyai hubungan yang hirarkis, teknik adalah penjabaran dari suatu metode, dan metode adalah penjabaran dari suatu pendekatan.
Sejalan dengan hal itu, maka pendekatan erat hubungannya dengan aspek-aspek teoretis atau seperangkat anggapan yang mendasari suatu metode sedangkan metode menginterpretasi tujuan, teknik dan prosedur mengajar di kelas.
a.      Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan selama ini lebih berorientasi pada target. Pembelajaran yang berorientasi pada kompetensi penguasaan materi itu tetap dijalankan. Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang diajarkan dengan situasi dunia nayata siswa dan mendorong siswa membantu hubungan antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan penerapannya dengan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep pembelajaran seperti itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Pembelajaran kontekstual berlangsung alamiah dalam kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru kesiswa.
Menurut Priyatni, pembelajaran kontekstual memilki beberapa karakteristik yaitu:
(1)   Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang otentik, artinya pembelajaran diarahkan agar peserta didik memilki keteampilan dalam memecahkan masalah dalam konteks nyata atau pembelajaran diupayakan dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting);
(2)   Pembelajaran memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengerjakan tugas yang makna (meaningful learning);
(3)   Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik (learning by doing);
(4)   Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok berdiskusi, saling mengoreksi (learning in a group);
(5)   Kebersamaan, kerja sama, dan saling memahami satu dengan yang lain secara mendalam merupakan aspek penting untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (learning to know other deeply);
(6)   Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inguiry, to work togerher);
(7)   Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyanangkan (learning as an enjoy activity).
Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivitas (constructivism), bertanya (guestioning), menemukan (inguiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
b.      Pendekatan Pembelajaran Konvensional
             Pendekatan pembelajaran konvensional sering disebut juga dengan pendekatan tradisional, persial, struktural atau gramatikal, menurut Busching dan Lundsteen, pendekatan pembelajaran konvensional merupakan pendekatan pembelajaran masa silam yang memandang bahwa setiap pembelajran dipandang sebagai suatu disiplin ilmu. Pada pendidikan dasar membaca, menulis, aritmatik,geografi dan sejarah diajarkan secara terpisah-pisah.
            Pendekatan pembelajaran konvensional menitik beratkan pada perkembangan intelektual melalui cara belajar ingatan mengenai hal-hal yang telah dibaca dan tugas-tugasyang telah dikerjakan. Perencanaan belajar dan perkembangan aspek-aspek keterampilan, sosial, sikap, dan apresiasi kurang mendapat perhatian. Masalah disiplin, guru lebih banyak memberikan hukuman dan paksaan, khususnya yang bersifat hukuman fisik, serta bertindak secara otoriter.

            Inti pembelajaran konvensional merurut Fogarty ialah pemisahan antara satu bidang studi dan bidang studi lain (atau mata kuliah jika pada perguruan tinggi). Pembelajaran ini merupakan pembelajaran terpisah-pisah sebagai cara-cara tradisional dalam merancang kurikulum dan bahan pembelajaran. Pembelajaran konvensional dalam bahasa ialah pembelajaran yang memandang bahasa sebagai suatu kompleksitas yang dapat dipecah-pecah seperti fonem, morfem, dan seterusnya. Oleh karena itu  bahasa dianggap seperti itu, maka pelajaranan juga diberikan secara terpisah-pisah.

Rabu, 01 April 2015

Penalaran, Berfikir deduktif dan Berfikir induktif
1.    Penalaran

A.   Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi–proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi. Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
 Pengertian Penalaran Menurut Para Ahli:

1. Bakry (1986:1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoningmerupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.
2. Suriasumantri (2001:42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan.
3. Keraf (1985:5) berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubungkan fakta-fakta atau data yang sistematik menuju suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Dengan kata lain, penalaran merupakan sebuah proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis.

B.   Proposisi

Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat. Kaliimat Tanya,kalimat perintah, kalimat harapan , dan kalimat inversi tidak dapa disebut proposisi . Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Tetapi kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.
Jenis-Jenis Proposisi
Proposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan :
1. Berdasarkan bentuk
2. Berdasarkan sifat
3. Berdasarkan kualitas
4. Berdasarkan kuantitas

C.   Inferensi Implikasi
Inferensi adalah tindakan atau proses yang berasal kesimpulan logis dari premis-premis yang diketahui atau dianggap benar. Kesimpulan yang ditarik juga disebut sebagai idiomatik. Hukum valid inference dipelajari dalam bidang logika. Inferensi manusia (yaitu bagaimana manusia menarik kesimpulan) secara tradisional dipelajari dalam bidang psikologi kognitif, kecerdasan buatan para peneliti mengembangkan sistem inferensi otomatis untuk meniru inferensi manusia.inferensi statistik memu
Contoh inferensi :

Filsuf Yunani didefinisikan sejumlah silogisme, bagian tiga kesimpulan yang benar,yang dapat digunakan sebagai blok bangunan untuk penalaran yang lebih kompleks. Kita mulai dengan yang paling terkenal dari mereka semua:
• Semua manusia fana
• Socrates adalah seorang pria
Oleh karena itu, Sokrates adalah fana.
Pembaca dapat memeriksa bahwa tempat dan kesimpulan yang benar, tetapi Logika berkaitan dengan inferensi: apakah kebenaran kesimpulan mengikuti dari yang tempat?
Validitas kesimpulan tergantung pada bentuk kesimpulan. Artinya, kata “berlaku” tidak mengacu pada kebenaran atau kesimpulan tempat, melainkan dengan bentuk kesimpulan. Inferensi dapat berlaku bahkan jika bagian yang palsu, dan dapat tidak valid bahkan jika bagian-bagian yang benar. Tapi bentuk yang valid dengan premis-premis yang benar akan selalu memiliki kesimpulan yang benar.
 Definisi Implikasi
Implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri. Banyak dari kesimpulan sebagai hasil dari proses berpikir yang logis harus disusun dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang tercakup dalam evidensi (implikasi), dan kesimpulan yang masuk akal berdasarkan implikasi (inferensi).
Implikasi dapat merujuk kepada:
• Dalam manajemen:
o Implikasi procedural meliputi tata analisis, pilihan representasi, peracanaan kerja dan formuasi kebijakan
o implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan
• Dalam logika:
o Implikasi logis dalam logika matematika
o Kondisional material dalam falsafah logika
Jadi definis implikasi dalam bahasa indonesia adalah keterlibtan atau keadaan terlibat.
D.   Wujud Evidensi
Evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran.
Dalam argumentasi, seorang penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia menganggap pembaca sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya.
Evidensi itu berbentuk data atau informasi, yaitu bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu, biasanya berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan)
E.   Cara Menguji Data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.
1. Observasi
2. Kesaksian
3. Autoritas
F.    Cara Menguji Fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.

a. Konsistensi
       Konsistensi dalam ilmu logika adalah teori konsistensi merupakan sebuah sematik dengan sematik yang lainnya tidak mengandung kontradiksi. Tidak adanya kontradiksi dapat diartikan baik dalam hal semantik atau berhubung dengan sintaksis. Definisi semantik yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika ia memiliki model; ini digunakan dalam arti logika tradisional Aristoteles walaupun dalam logika matematika kontemporer terdapat istilah satisfiable yang digunakan. Berhubungan dengan pengertian sintaksis yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika tidak terdapat rumus P seperti yang kedua P dan penyangkalan adalah pembuktian dari aksioma dari teori yang terkait di bawah sistem deduktif.

b. Koherensi
       Koherensi merupakan pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta, dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dihubungkannya. Ada beberapa penanda koherensi yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya penambahan (aditif), rentetan (seri), keseluruhan ke sebagian, kelas ke anggota, penekanan, perbandingan (komparasi), pertentangan (kontras), hasil (simpulan), contoh (misal), kesejajaran (paralel), tempat (lokasi), dan waktu (kala).

G.  Cara Menguji Autoritas
Seorang penulis yang objektif selalu menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
1. Tidak mengandung prasangka
    Yang tidak mengandung prasangka artinya pendapat itu disusun berdasarkan hasil      
    penelitian yang dilakukan oleh para ahli itu sendiri, atau didasarkan pada hasil-hasil  
    eksperimental yang dilakukannya.

2. Pengalaman dan pendidikan autoritas
    Pengalaman dan pendidikan yang diperolehnya harus dikembangkan lebih lanjut   
    dalam kegiatan-kegiatan sebagai seorang ahli yang diperoleh melalui  
    pendidikannya.

3. Kemashuran dan prestise
    Apakah  pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan 
    kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu. 
    Untuk memperlihatkkan bahwa penulis benar-benar siap dengan persoalan yang 
    tengah diargumentasikan, jangan berdasarkan pada satu autoritas saja, maka hal itu 
    memperlihatkan bahwa penulis kurang menyiapkan diri.

4. Koherensi dengan kemajuan
    Kohesi dan koherensi merupakan syarat utama kewacanaan atau tekstualitas,   
    Keduanya merupakan konsep kepaduan. Pengertian Kohesi adalah Keterpaduan  
    Bentuk sedangkan koherensi adalah Kepaduan Makna. Teks atau wacana yang 
    kohesif berarti setiap unsur lahirnya terpadu secara internal dalam satuan teks 
    tersebut. Tegasnya, setiap komponen teks lahir, misalnya kata aktual yang didengar 
    atau dibaca, saling terhubung dalam rangkaian. Unsur-unsur komponen lahirnya 
    harus saling tergantung. Jadi, kehadiran yang satu serasi dengan kehadiran yang 
    lain baik bentuk maupun distribusinya.

1.    Berfikir Deduktif
A.   Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).

Contohnya :
Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor)
Akasia adalah tumbuhan (premis minor).
Akasia membutuhkan air (Konklusi) .
Semua makhluk hidup membutuhkan makan
Hewan adalah makhluk hidup
Hewan membutuhkan makan

Semua siswa sma mengenakan seragam
Tito siswa sma
Tito mengenakan seragam

Semua hewan buas tinggal dihutan
Singa adalah hewan buas
Singa tinggal dihutan

B.   Silogisme Hipotesis
Silogisme Hipotesis adalah jenis silogisme yang terdiri atas premis mayor yang bersifat hipotesis ,dan premis minornya bersifat katagorial . Silogisme Hipotesis ini dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaiu :
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh :
Jika hari ini cerah , saya akan ke rumah kakek ( premis mayor )
Hari ini cerah ( premis minor )
Maka saya akan kerumah kakek ( kesimpulan ).
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuen
Contoh :
Jika hutan banyak yang gundul , maka akan terjadi global warming ( premis mayor )
Sekarang terjadi global warming ( premis minor )
Maka hutan banyak yang gundul ( kesimpulan ).
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent
Contoh :
Jika pembuatan karya tulis ilmiah belum di persiapkan dari sekarang, maka hasil tidak
akan maksimal
pembuatan karya ilmiah telah di persiapkan
maka hasil akan maksimal
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari konsekuen
Contoh :
Bila presiden Mubarak tidak turun , Para demonstran akan turun ke jalan
Para demonstran akan turun ke jalan
Jadi presiden Mubarak tidak turun.

C.   Silogisme Alternatif

Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
D.   Entimem
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
Contoh entimen:
·         Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
·         Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.


2.    Berfikir Induktif


A.   Generalisasi

Merupakan penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili.

Contoh :
Untuk memenuhi standar umum pertama sebagai seorang akuntan, seseorang harus lulus dari Fakultas Ekonomi atau Sekolah tinggi Ilmu Ekonomi Jurusan Akuntansi, dan telah menempuh Ujian Sertifikasi Akuntan Publik. Salah satu jenis Akuntan Publik ialah seorang Auditor. Kegiatan Auditor ialah untuk mengaudit atau memeriksa wajar tidaknya laporan keuangan sebuah perusahaan.

B.     Hipotesis dan Teori

Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa yunani : hypo = di bawah, thesis = pendirian, pendapat yang di tegaskan, kepastian. Sehingga dapat ditarik suatu pengertian bahwa hipotesis merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa secara sadar, teliti, dan terarah. Hipotesis juga berarti sebuah pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa di antara sejumlah fakta terdapat suatu hubungan tertentu.

Menurut Sutrisno Hadi, hipotesis adalah pemecahan masalah. Seringkali peneliti tidak
dapat memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan tersebut
akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk
tiap-tiap segi dan mencari jawaban melalui penelitian yang dilakukan. Sehingga, hipotesis
merupakan langkah pertama sebelum mengadakan penelitian.

Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang akan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis tersebut, peneliti dapat saja dengan sengaja manimbulkan atau menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya di sebut teori.

Teori
Teori merupakan slah satu konsep dasar penelitian sosial. Teori adalah seperangkat konsep, defenisi dan proposisi yang berusaha menjelaskan hubungan sistematis suatu fenomena, dengan cara memerinci hubungan sebab-akibat yang terjadi.
Erwan dan Dyah dalam bukunya mengatakan bahwa teori adalah serangkaian konsep yang memiliki hubungan sistematis untuk menjelaskan suatu fenomena sosial tertentu dan merupakan salah satu hal yang paling fundamental yang harus dipahami seorang peneliti ketika ia melakukan suatu penelitian. Secara umum istilah teori dalam ilmu sosial mengandung beberapa pengertian yaitu:
a.  Teori adalah abstraksi dari realitas.
b.  Teori terdiri dari sekumpulan prinsip-prinsip dan definisi-definisi yang secara konseptual mengorganisasikan aspek-aspek dunia empiris secara sistematis.
c.  Teori terdiri dari teorema-teorema yakni generalisasi yang diterima/terbukti secara empiris.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa teori pada dasarnya merupakan konseptualisasi atau penjelasan logis dan empiris tentang suatu fenomena.
Adapun menurut John W Cresearch Desigh pada bukunya yang berjudul Qualitative & Quantitative Approach mengatakan bahwa teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antara variabel dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.
Teori ilmiah merupakan sebuah kumpulan pernyataan yang saling berhubungan dan didukung dengan baik, yang menjelaskan berbagai pengamatan dan dapat digunakan untuk membuat prediksi yang dapat diuji.
Teori ilmiah menjelaskan suatu kerangka koheran yang sesuai dengan data-data pengamatan. Secara umum, “teori” dapat berarti sebuah konjektur, opini, ataupun spekulasi yang tidak mempunyai dasar-dasar fakta maupun dapat membuat prediksi yang dapat diuji kebenarannya. Dalam ilmu pengetahuan, pengertian teori lebih kaku yakni teori haruslah didasarkan pada fakta-fakta yang terpantau dan dapat membuat prediksi yang dapat diuji. Akan tetapi, teori ilmiah yang bergantung pada sebuah prinsip sederhana sering disebut sebagai “hukum” ilmiah.

C.   Analogis

Analogi adalah proses pembentukan kata baru berdasarkan pola kata yang sudah ada. Analogi juga disebut analogi induktif yaitu proses dari penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain. Demikian pengertian analogi jika kita hendak memformulasikan dalam suatu batasan.
Analogi deklaratif adalah merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Analogical argument – perbincangan sejalan adalah perbincangan yang didasarkan pada kesimpulan bahwa apabila suatu hal mempunyai satu atau lebih ciri yang sama seperti terdapat pada suatu hal lain. Maka ciri-ciri lainnya dari hal yang pertama itu juga dimiliki oleh hal yang kedua tersebut.
Contoh : - Anjing hitam menyalak, mengejar orang dan menggigit.
               - Anjing coklat menyalak dan mengejar orang.

D.   Hubungan Kausal

Hubungan kausal (hubungan sebab akibat) yaitu suatu hubungan dimana apabila variabel yang satu berubah menyebabkan perubahan variabel yang lain.
Variabel penyebab perubahan :
variabel bebas = independent variable = variabel yang nilainya ditentukan oleh nilai dari pada variabel lain (variabel tergantung / dependent variable).
Hubungan kausal secara matematik dinyatakan dalam bentuk persamaanm fungsi.



E.   Induksi di dalam metode eksposisi

Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.

Langkah menyusun eksposisi:
• Menentukan topik/tema
• Menetapkan tujuan
• Mengumpulkan data dari berbagai sumber
• Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
• Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi