Jumat, 29 Mei 2015


CATATAN HARIAN MENGENAI PENULISAN ILMIAH

TUGAS
MATA KULIAH PENULISAN ILMIAH

Nama                           : Rizky Akbar Fitria Anggraeni
NPM                           : 16212586
Dosen Pembimbing    : Hadir Hudiyanto
Semester                      : VI Manajemen


Dari ketiga permasalahan yang telah diangkat kemarin, dapat sirumuskan sebuah judul sebagai berikut

Judul: “PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA PT BANK MANDIRI CABANG BEKASI“

3 Permasalahan :

1. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kepuasan karyawan? 
2. Apakah motivasi berpengaruh terhadap kepuasan karyawan?
3. Variabel apakah yang paling signifikan dalam mempengaruhi kepuasan kerja karyawan?
Tujuan Penelitian :
1. Mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan karyawan.
2. Mengetahui pengaruh motivasi terhadap kepuasan karyawan.
3. Mengetahui pengaruh kepemimpinan dan motivasi terhadap kepuasan karyawan.

Alasan atau latar belakang perumusan masalah:
Kepuasan tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja yaitu gaya kepemimpinan melaikan juga dipengaruhi oleh faktor lain salah satunya motivasi. Motivasi merupakan pendorong seseorang untuk melakukan pekerjaannya dengan baik. Apabila seseorang termotivasi maka mereka akan membuat sebuah pilihan positif utuk melakukan sesuatu karena dapat memuaskan keinginan mereka. Motivasi dapat memacu seorang karyawan untuk bekerja keras dalam rangka pencapaian tujuan. Menurut Rivai motivasi merupakan kumpulan rangkaian sikap dan nilai yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi perilaku dan tingkah lakunya untuk mencapai tujuan yang spesifik.


Ada beberapa penelitian yang meneliti mengenai pengaruh maupun hubungan antar tiga variabel yaitu gaya kepemimpinan, motivasi, dan kepuasan kerja. Bangsawan (2012) menyimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja diantaranya adalah gaya kepemimpinan dan motivasi. Keith Davis mendapatkan kesimpulan dari penelitiannya bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Susanty (2012) dan Erza (2011) menyebutkan motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja, gaya kepemimpinan berpengaruh positif secara signifikan terhadap kepuasan kerja.
Paper

1.      PENYUSUNAN SINTESIS
Sintesis merupakan bentuk lain dari kegiatan atau metode berpikir. Secara sederhana, Russel menyatakan bahwa sintesa logik berarti menentukan makna pernyataan atas dasar empirik. Meskipun demikian, kebenaran proposisi Russel perlu dianalisis dengan membedah pengertian yang dikemukakan.
Secara etimologis, sintesis berasal dari bahasa Yunani syntithenai (syn-  + tithenai) yang berarti ‘meletakkan’ atau ‘menempatkan’ (Meriam-Webster Dictionary, 2009). Lebih lanjut, dalam suber yang sama, entri sintesis diartikan sebagai komposisi atau kombinasi bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk satu kesatuan. Selain itu, sintesis juga diartikan sebagai kombinasi konsep yang berlainan menjadi satu secara koheren, dan penalaran induktif atau kombinasi dialektika dari tesis dan antitesis untuk memperoleh kebenaran yang lebih tinggi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) sintesis diartikan sebagai “paduan berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras atau penentuan hukum yang umum berdasarkan hukum yang khusus.” Pengertian ini sejalan dengan pendapat Kattsof (1986) yang menyatakan bahwa logika sintesis adalah kegiatan berpikir logis yang melakukan penggabungan semua pengetahuan yang diperoleh untuk menyusun suatu pandangan atau konsep. Sintesis dalam filsafat merupakan kombinasi bagain atau elemen untuk menghasilkan pandangan atau sistem yang lebih legkap atau sempurna. Koherensi yang dihasilkan dianggap mampu menunjukkkan kebenaran secara lengkap daripada hanya sebagai kumpulan dari bagian-bagaian. Istilah sintesis juga merujuk pada peningkatan derajat kebenaran yang mengkombinasikan kebenaran tesis dan antitesis dalam filsafat dialektika Hegel berkebangsaan Jerman abad ke-19. Filsafat Jean-Paul Sartre menekankan jenis eksistensi sintesis. Dalam Being and Nothingness, kesadaran (pour-soi) selalu mencoba menjadi ada (en-soi), untuk mencapai sebuah sintesis sebagaimana adanya antara ke-ada-an dan ketiadaan.
Dengan demikian, jelaslah kiranya bahwa analisis dan sintesis merupakan bentuk kegiatan berpikir atau berlogika yang menggunakan bahasa dan referensinya sebagai alat bedah nalar bagi proposisi untuk menyatakan kebenaran sebuah pernyataan.

Relasi Ganda dalam Analisis Sintesis
Istilah “analisis” dan “sintesis”, sebagai label pembedaan metode argumentasi antara yang deduktif dan induktif setidak-tidaknya seusia dengan Euklides. Dalam Elements-nya, Euklides menerangkan sejelas-jelasnya bahwa dua metode ini sebaiknya tidak dipahami sebagai saling terpisah, tetapi salingmelengkapi. Metodenya memperlihatkan ketepatan teorema-teorema geometrisnya dengan mula-mula menggunakan metode argumentasi analitik (deduktif), dan kemudian mendukung simpulannya dengan penalaran sintetik (induktif). Proses praktis penyusunan deduksi (berlawanan dengan bentuk tertulisnya) berawal dengan perumusan suatu simpulan, lalu pembuktiannya dengan pencarian dua atau lebih asumsi yang benar yang bisa berfungsi sebagai landasannya. Proses induksi berawal dengan pengumpulan potongan-potongan bukti empiris, lalu ini digunakan sebagai landasan untuk menarik kesimpulan.
Jika logika analitik menawarkan kejelasan pengindraan (yakni keluasan pengetahuan), logika sintetik menawarkan kejelasan wawasan (yakni kedalaman pemahaman). Bila dimanfaatkan dengan tepat, kedua jenis logika itu tidak perlu dianggap bersaingan, tetapi seharusnya dipandang saling melengkapi, sebagaimana deduksi dan induksi yang bisa digunakan secara efektif sebagai metode-metode argumentasi yang saling melengkapi (atau bersifat komplementer). Salah satu cara terbaik untuk menggambarkan pertalian komplementer ini adalah mengaitkannya dengan pembedaan yang kita pelajari dari Kant, antara kawasan pengetahuan-nirmustahil dan kebodohan-pasti.
Logika analitik dapat digunakan untuk menghasilkan pengetahuan kapan saja bilamana yang terpikir dipaparkan di dalam tapal batas transendental (umpamanya, sesuatu yang dapat kita lihat). Akan tetapi, begitu kata-kata untuk memerikan hal-hal yang terletak di luar tapal batas ini digunakan, logika analitik bukan hanya kehilangan dayapenjelasnya, melainkan sesungguhnya juga dapat menjerumuskan kita ke dalam penyimpulan yang menyesatkan. Contoh kasus sebagaimana yang diperlihatkan oleh Chuang Tzu kepada kita dalam memaparkan Tao, bila berhadapan dengan persoalan yang tidak begitu kita ketahui dengan pasti, kita bisa menemukan hal-hal yang kita yakini dengan memanfaatkan logika sintetik untuk memperoleh wawasan yang dibutuhkan untuk mendukung keyakinan-keyakinan itu.
Istilah “analitik” dan “sintetik” telah dipakai oleh filsuf-filsuf dengan berbagai cara yang berbeda. Dalam waktu yang relatif lama, cara yang pada umumnya diterima pemakaiannya untuk menunjukkan dua metode argumentasi adalah cara penggunaan istilah-istilah ala Euklides. Namun Kant mengembangkan cara-baru penggunaan istilah-istilah tersebut, yang dengan demikian menunjukkan dua tipe proposisiyang berlainan. Menurut Kant, proposisi adalah analitik jika subyeknya “terkandung di dalam” predikatnya, sedangkan yang sintetik adalah yang subyeknya berada “di luar” predikatnya. Jadi, proposisi dalam ungkapan “Merah adalah warna” termasuk analitik, karena konsep “merah” masuk sebagai salah satu unsur konsep “warna”. Berdasarkan hal itu, proposisi “Kapur tulis ini putih” adalahsintetik, karena seseorang tidak akan mengetahui bahwa benda tersebut adalah “kapur tulis” jika hanya diberitahu bahwa kapur tulis itu putih (Palmquist, 2000).
Menurut Palmquist (2000), Kant juga memberi beberapa pedoman lain yang lebih ketat untuk menentukan apakah suatu proposisi adalah analitik ataukah sintetik. Kebenaran proposisi analitikselalu bisa diketahui melalui logika saja. Jadi, jika makna kata-kata sudah diketahui, proposisi ini tidak informatif. Proposisi analitik mampu menjelaskan dirinya sendiri. Yang harus dilakukan hanyalah mengatakan “merah” dan bagi mereka yang memahami makna kata ‘merah’ akan segera tahu bahwa pembicara sedang membicarakan warna. Seperti halnya penyimpulan deduktif yang baik, kebenaran proposisi analitik bersifat konseptual murni dan, karenanya, bersifat niscaya. Sebaliknya, kebenaran proposisi sintetik mensyaratkan pemanfaatan sesuatu yang lebih dari sekadar konsep. Seperti argumen induktif, pada proposisi sintetik terdapat pemanfaatan intuisi, yaitu keadaan faktual obyek. Akibatnya, proposisi sintetik selalu informatif dan kebenaran simpulannya tergantung pada keadaan obyek yang terus-menerus eksis. Jika misalnya seseorang memberitahu bahwa sepotong kapur tulis yang tersembunyi dalam genggaman tangannya itu putih, maka kebenaran pernyataannya tergantung pada apakah orang itu mengelabui pendengar atau berkata benar.




2.      KARANGAN ILMIAH

Karangan ilmiah merupakan suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau keilmiahannya.

a.    Macam-macam karya ilmiah
-      Laporan penelitian 
-      Skripsi
-      Tesis
-      Disertasi
-      Surat pembaca
-      Laporan kasus
-      Laporan tinjauan
-      Resensi
-      Monograf
-      Referat
-      Kabilitasi

b.    Perbedaan skripsi, tesis dan disertasi
-      Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-obyektif, baik berdasarkan penelitian langsung, observasi lapangan atau penelitian di laboratorium, ataupun studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.
-      Tesis adalah jenis karya tulis dari hasil studi sistematis atas masalah. Tesis mengandung metode pengumpulan, analisis dan pengolahan data, dan menyajikan kesimpulan serta mengajukan rekomendasi. Orisinalitas tesis harus nampak, yaitu dengan menunjukkan pemikiran yang bebas dan kritis. Penulisannya baku dan tesis dipertahankan dalam sidang. Tesis juga bersifat argumentative dan dihasilkan dari suatu proses penelitian yang memiliki bobot orisinalitas tertentu.
-      Disertasi adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan program S3 ilmu pendidikan. Disertasi merupakan bukti kemampuan yang bersangkutan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan penemuan baru dalam salah satu disiplin ilmu pendidikan.

c.    Karangan ilmiah populer
Karangan ilmiah populer merupakan suatu karya yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang populer sehingga mudah dipahami oleh masyarakat dan menarik untuk dibaca.

d.    Jurnal ilmiah
Jurnal ilmiah merupakan salah satu jenis jurnal akademik di mana penulis mempublikasikan artikel ilmiah. Untuk memastikan kualitas ilmiah pada artikel yang diterbitkan, suatu artikel biasa diteliti oleh rekan-rekan sejawatnya dan direvisi oleh penulis, hal ini dikenal sebagai peer review(penelaahan sejawat).



MENULIS LAPORAN ILMIAH

a.    Konsep, jenis, dan ciri-ciri laporan ilmiah
Ada beberapa hal yang mendasari dalam pembuatan laporan ilmiah diantaranya:
-      Kegiatan menulis laporan ilmiah merupakan kegiatan utama terakhir dari suatu kegiatan ilmiah.
-      Laporan ilmiah mengemukakan permasalahan yang ditulis secara benar, jelas, terperinci, dan ringkas.
-      Laporan ilmiah merupakan media yang baik untuk berkomunikasi di lingkungan akademisi atau sesama ilmuwan.
-      Laporan ilmiah merupakan suatu dokumen tentang kegiatan ilmiah dalam memecahkan masalah secara jujur, jelas, dan tepat tentang prosedur, alat, hasil temuan, serta implikasinya.
-      Laporan ilmiah dapat digunakan sebagai acuan bagi ilmuwan lain sehingga syarat-syarat tulisan ilmiah berlaku juga untuk laporan.

Dari beberapa sumber yang ada, terdapat 3(tiga) jenis laporan ilmiah yaitu sebagai berikut:
-      Laporan lengkap (Monograf)
Menjelaskan proses penelitian secara menyeluruh. Teknik penyajian sesuai dengan aturan (kesepakatan) golongan profesi dalam bidang ilmu yang bersangkutan. Menjelaskan hal-hal yang sebenarnya yang terjadi pada setiap tingkat analisis. Menjelaskan juga kegagalan yang dialami,di samping keberhasilan yang dicapai. Organisasi laporan harus disusun secara sistamatis (misalnya :judul bab,subbab dan seterusnya,haruslah padat dan jelas).
-      Artikel ilmiah
Artikel ilmiah biasanya merupakan perasan dari laporan lengkap. Isi artikel ilmiah harus difokuskan kepada masalah penelitian tunggal yang obyektif. Artikel ilmiah merupakan pemantapan informasi tentang materi-materi yang terdapat dalam laporan lengkap.

-      Laporan ringkas
Laporan ringkas adalah penulisan kembali isi laporan atau artikel dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti dengan bahasa yang tidak terlalu teknis (untuk konsumsi masyarakat umum).

Adapun ciri-ciri laporan yang baik antara lain:
-      Penggunaan bahasa yang ilmiah (baku). 
-      Dalam penulisan laporan hanya menerima tulisan dengan jenis perintah bukan tanya.
-      Laporan disertakan dengan identifikasi masalah
-      Data yang lengkap sebagai pendukung laporan
-      Adanya kesimpulan dan saran
-      Laporan dibuat menarik dan juga interaktif

b.    Unsur-unsur kerangka laporan
Kerangka Laporan ilmiah umumnya terdiri dari 3 atau 4 bagian yang disusun dari atas kebawah sebagai berikut:
-      Judul laporan terdiri terutama subjek, atau didahului dengan ‘ Laporan tentang’ , ‘Laporan Kemajuan tentang’, ’Laporan Tahunan tentang’, ’Penelitian tentang’ dan sebagainya. Judul laporan berbeda dari judul buku.
-      Nama dan identitas penerima laporan Unsur ini tidak selalu ditulis. Jika ditulis, maka sebelumnya didahului dengan kata-kata ‘Diserahkan kepada’. Jika penerima laporan memiliki kedudukan resmi, tulislah kedudukan itu. Dan Nama dan identitas penulis Sebelum nama penulis biasanya didahului dengan perkataan ‘Oleh’ dan diikuti oleh gelar.
-      Tempat dan tanggal dibagian bawah halaman ditulis tempat dan tanggal dalam 2 baris terpisah.

c.    Persyaratan bagi pembuat laporan ilmiah
-      Memiliki pengetahuan tangan pertama tentang hal yang dilaporkan. Sering kali pengetahuan tangan pertama itu perlu dilengkapi dengan pengetahuan dan pengalaman orang lain.
-      Memiliki sifat tekun dan teliti. Laporan yang baik tidak meninggalkan pertanyaan tak terjawab bagi pembacanya. Semua kesimpulan yang dapat ditarik dan pernyataan-pernyataan umum harus dibuat secara tepat.
-      Bersifat objektif. Pernyataan yang dibuat harus menurut kenyataan; kesimpulan dan rekomendasi dibenarkan oleh kenyataan, walaupun konklusi dan rekomendasi itu berlawanan dengan yang diharapkan, bahkan dapat berakibat merugikan bagi dirinya sendiri.
-      Kemampuan untuk menganalisis dan menyamaratakan. Laporan itu adalah sebuah analisis. Pembuat laporan membagi-bagi subjek, memperlihatkan bagian-bagian yang berbeda, dan menunjukkan kaitannya satu dengan yang lain.

d.    Manfaat penyusunan laporan ilmiah
-      Dasar penentuan kebijakan dan pengarahan pimpinan
-      Bahan penyusunan rencana kegiatan berikutnya
-      Mengetahui perkembangan dan proses peningkatan kegiatan
-      Data sejarah perkembangan satuan yang bersangkutan dan lain-lain.

    FORMAT MAKALAH ILMIAH

Makalah adalah karya tulis ilmiah yang membahas pokok masalah tertentu yang tercakup dalam ruang lingkup tertentu. Makalah juga dapat diartikan sebagai karya akademis yang biasanya diterbitkan atau dipublikasikan pada jurnal yang bersifat ilmiah.

a.    Format makalah ilmiah

1.     Bagian awal atau pembuka
Bagian awal ini dimulai dari halaman judul sampai dengan abstrakpenelitian. Komponen-komponen bagian ini  secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
-      Halaman Sampul dan Halaman Judul
-      Halaman Persetujuan
-      Halaman Pengesahan
-      Kata Pengantar
-      Daftar Isi
-      Daftar Tabel dan Halaman Gambar (jika ada)
-      Abstrak

2.    Bagian isi
BAB I PENDAHULUAN
-      Latar Belakang Masalah
-      Rumusan masalah
-      Tujuan Penelitian
-      Manfaat Penelitian
-      Batasan masalah
-      Definisi Istilah (Boleh ada, boleh tidak)

BAB II KAJIAN PUSTAKA/LANDASAN TEORI
-      Kerangka Teoretis
-      Kerangka Pemikiran
-      Hipotesis (jika ada)

BAB III METODE PENELITIAN
-      Subjek dan Objek
-      Metode Pengumpulan Data
-      Alat Penelitian
-      Metode Analisis Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
-      Hasil Penelitian
-      Pembahasan

BAB V KESIMPULAN SARAN
-      Kesimpulan
-      Saran

3.    Bagian akhir
-      Daftar Pustaka
Bagian ini berisi daftar semua pustaka yang dijadikan acuan atau pegangan, serta landasan penelitian. Daftar pustaka disusun atas dasar alfabetis nama pengarang tanpa nomor urut. (1) nama pengarang, (2) tahun terbit, (3) judul buku, (4) tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit.

b.    Topik, tujuan, dan tesis makalah ilmiah
Persiapan untuk menulis sebuah karya ilmiah berbeda dengan persiapan menulis sebuah berita. Jika menulis berita topik sudah tersedia, yakni hal yang harus diliput. Tidak demikian dengan karya ilmiah seringkali topik sudah ditentukan tapi terkadang juga si penulis harus menentukan topiknya sendiri. Biasanya topik yang dipilih berkaitan dengan hal yang sedang diteliti. Karya ilmiah harus disusun secara sistematis, setiap langkah terencana serta terkendali, konseptual dan prosedural. Berdasarkan syarat tersebut kemudian dilakukan pemilihan topik disertai penetapan tujuan, kemudian topik dan tujuan tersebut dirumuskan menjadi sebuah tesis yang utuh.
Topik seringkali sulit dibedakan dari judul, sebuah topik dapat apa saja pada akhirnya dijadikan judul tulisan. Tetapi topik tidak sama dengan judul, tidak selalu sebuah topik adalah sebuah judul. Mungkin saja terjadi sebuah judul mengandung topik. Dalam Keraf (1997), dikatakan bahwa topik berasal dari kata Yunani, topoi, yang berarti ‘tempat’.
Ada empat syarat memilih topik, yaitu:
-      Menarik minat penulis
-      Diketahui dan dikuasai oleh penulis
-      Harus cukup sempit dan terbatas. Sebaiknya tidak terlalu baru, teknis, atau controversial (khusus untuk penulis pemula).






3. KONSEP MENULIS LAPORAN ILMIAH
1.  Pengertian Penulisan Ilmiah
Penulisan ilmiah adalah penulisan hasil berpikir ilmiah yang di dalamnya mencerminkan ciri ilmu pengetahuan. Penulisan Ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh seorang penulis berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya. Definisi lain juga menyebutkan bahwa karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.

2.  Ciri Penulisan Ilmiah
Ciri-ciri dari penulisan ilmiah antara lain adalah:
1)     Isi mencerminkan hakikat ilmu pengetahuan atau objek ilmu tertentu.
2)     Mengandung teori atau kerangka berpikir.
3)     Terdapat metode analisis (cara mencari dan menemukan kebenaran).
4)     Mengandung penalaran.

3.  Tipe-tipe Tulisan Ilmiah
Menurut Jonathan Sarwono, (2010 : 11), pada umumnya, tulisan ilmiah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tu;lisan ilmiah populer dan tulisan ilmiah murni.
1)     Ciri-ciri dan karakteristik tulisan ilmiah populer, antara lain:
(a)  Adanya pesan yang dipergunakan untuk menarik perhatian pembaca, yang dapat juga dikatakan persuasif. Hal ini disebabkan karena pada umumnya pembaca yang ditargetkan ialah umum atau bukan spesialis di bidang ahli mengenai topik bahasan yang ditulis.
(b)   Isi tulisan diusahakan untuk memikat pembaca agar yang bersangkutan tetap terus membaca tulisan tersebut sampai selesai.
(c)    Penulisan melakukan kontekstualisasi data hasil riset ke dalam tulisan tersebut sehingga data dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca umum.
(d)   Bahasa yang dipergunakan bersifat umum dan tidak menggunakan terminologi khusus yang hanya dipahami oleh ilmuwan atau kelompok tertentu.
(e)    Biasanya struktur kalimat yang dipergunakan ialah kalimat aktif.
(f)     Gaya penulisan tidak baku.
(g)    Umumnya, informasi dipaparkan dalam bentuk narasi.
(h)  Uraian dipaparkan ke dalam bentuk umum yang dapat menarik, baik aspek intelektual pembaca maupun menyentuh emosi pembaca yang bersangkutan.
(i)    Secara implisit, kadang mengandung pesan tertentu berupa keinginan penulis agar pembaca melakukan tindakan tertentu.
2)     Ciri-ciri dan karakteristik tulisan ilmiah murni, antara lain:
(a)     Penulis berusaha memaparkan data apa adanya secara objektif.
(b)    Temuan kajian ditulis dalam bentuk sistematis, terstruktur, dan baku.
(c)  Penulis banyak menggunakan bahasa dan terminologi khusus atau disebut “jargon ilmiah” yang hanya dapat dipahami oleh ilmuwan yang sama bidang ilmunya dengan pokok bahasan yang ditulis.
(d)    Umumnya, menggunakan struktur kalimat pasif.
(e)    Gaya penulisan yang dipakai bersifat baku.
(f)  Tulisan digunakan untuk mendapatkan informasi dalam bentuk khusus yang hanya digunakan untuk menarik kemampuan intelektual pembaca.
(g)    Tulisan bersifat bebas dari opini penulis.
(h)    Terdapat jarak antara penulis dengan hal-hal yang dikaji.

4.  Macam-macam Karya Tulis Ilmiah
Salah satu ciri khas karya ilmiah adalah lewat bentuknya yakni tertulis, baik di buku, jurnal, majalah, surat kabar, maupun yang tersebar di internet. Sesuai dengan cirinya yang tertulis, maka karya tulis ilmiah dapat berwujud dalam bentuk makalah (dalam seminar atau simposium), artikel, laporan praktikum, skripsi, tesis, dan disertasi, yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
1)     Makalah
Makalah adalah karya ilmiah yang membahas suatu pokok persoalan, sebagai hasil penelitian atau sebagai hasil kajian yang disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah (seminar) atau yang berkenaan dengan tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen yang harus diselesaikan secara tertulis oleh mahasiswa.
2)     Skripsi
Skripsi adalah karya ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan atau kajian pustaka dan dipertahankan di depan sidang ujian dalam rangka penyelesaian studi tingkat strata satu (S1) untuk memperoleh gelar sarjana.
3)     Tesis
Tesis adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat program strata dua (S2), yang diajukan untuk dinilai oleh tim penguji guna memperoleh gelar magister. Pembahasan dalam tesis mencoba mengungkapkan persoalan ilmiah tertentu dan memecahkannya secara analisis kristis.
4)     Disertasi
Disertasi adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat strata tiga (S3) yang dipertahankan di depan sidang ujian promosi untuk memperoleh gelar Doktor (Dr.). Pembahasan dalam disertasi harus analitis kritis, dan merupakan upaya pendalaman dan pengembangan ilmu pengetahuan yang ditekuni oleh mahasiswa yang bersangkutan, dengan menggunakan pendekatan multidisipliner yang dapat memberikan suatu kesimpulan yang berimplikasi filosofis dan mencakup beberapa bidang ilmiah.

5)     Artikel
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2002 : 66) menjelaskan bahwa “Artikel merupakan karya tulis lengkap, seperti laporan berita atau esai di majalah, surat kabar, dan sebagainya”.  Tartono, (2005 : 84), berpendapat bahwa “Artikel adalah sebuah karangan prosa yang dimuat dalam media massa, yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus yang berkembang dalam masyarakat secara lugas”.
Paper

1.      PENYUSUNAN SINTESIS
Sintesis merupakan bentuk lain dari kegiatan atau metode berpikir. Secara sederhana, Russel menyatakan bahwa sintesa logik berarti menentukan makna pernyataan atas dasar empirik. Meskipun demikian, kebenaran proposisi Russel perlu dianalisis dengan membedah pengertian yang dikemukakan.
Secara etimologis, sintesis berasal dari bahasa Yunani syntithenai (syn-  + tithenai) yang berarti ‘meletakkan’ atau ‘menempatkan’ (Meriam-Webster Dictionary, 2009). Lebih lanjut, dalam suber yang sama, entri sintesis diartikan sebagai komposisi atau kombinasi bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk satu kesatuan. Selain itu, sintesis juga diartikan sebagai kombinasi konsep yang berlainan menjadi satu secara koheren, dan penalaran induktif atau kombinasi dialektika dari tesis dan antitesis untuk memperoleh kebenaran yang lebih tinggi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) sintesis diartikan sebagai “paduan berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras atau penentuan hukum yang umum berdasarkan hukum yang khusus.” Pengertian ini sejalan dengan pendapat Kattsof (1986) yang menyatakan bahwa logika sintesis adalah kegiatan berpikir logis yang melakukan penggabungan semua pengetahuan yang diperoleh untuk menyusun suatu pandangan atau konsep. Sintesis dalam filsafat merupakan kombinasi bagain atau elemen untuk menghasilkan pandangan atau sistem yang lebih legkap atau sempurna. Koherensi yang dihasilkan dianggap mampu menunjukkkan kebenaran secara lengkap daripada hanya sebagai kumpulan dari bagian-bagaian. Istilah sintesis juga merujuk pada peningkatan derajat kebenaran yang mengkombinasikan kebenaran tesis dan antitesis dalam filsafat dialektika Hegel berkebangsaan Jerman abad ke-19. Filsafat Jean-Paul Sartre menekankan jenis eksistensi sintesis. Dalam Being and Nothingness, kesadaran (pour-soi) selalu mencoba menjadi ada (en-soi), untuk mencapai sebuah sintesis sebagaimana adanya antara ke-ada-an dan ketiadaan.
Dengan demikian, jelaslah kiranya bahwa analisis dan sintesis merupakan bentuk kegiatan berpikir atau berlogika yang menggunakan bahasa dan referensinya sebagai alat bedah nalar bagi proposisi untuk menyatakan kebenaran sebuah pernyataan.

Relasi Ganda dalam Analisis Sintesis
Istilah “analisis” dan “sintesis”, sebagai label pembedaan metode argumentasi antara yang deduktif dan induktif setidak-tidaknya seusia dengan Euklides. Dalam Elements-nya, Euklides menerangkan sejelas-jelasnya bahwa dua metode ini sebaiknya tidak dipahami sebagai saling terpisah, tetapi salingmelengkapi. Metodenya memperlihatkan ketepatan teorema-teorema geometrisnya dengan mula-mula menggunakan metode argumentasi analitik (deduktif), dan kemudian mendukung simpulannya dengan penalaran sintetik (induktif). Proses praktis penyusunan deduksi (berlawanan dengan bentuk tertulisnya) berawal dengan perumusan suatu simpulan, lalu pembuktiannya dengan pencarian dua atau lebih asumsi yang benar yang bisa berfungsi sebagai landasannya. Proses induksi berawal dengan pengumpulan potongan-potongan bukti empiris, lalu ini digunakan sebagai landasan untuk menarik kesimpulan.
Jika logika analitik menawarkan kejelasan pengindraan (yakni keluasan pengetahuan), logika sintetik menawarkan kejelasan wawasan (yakni kedalaman pemahaman). Bila dimanfaatkan dengan tepat, kedua jenis logika itu tidak perlu dianggap bersaingan, tetapi seharusnya dipandang saling melengkapi, sebagaimana deduksi dan induksi yang bisa digunakan secara efektif sebagai metode-metode argumentasi yang saling melengkapi (atau bersifat komplementer). Salah satu cara terbaik untuk menggambarkan pertalian komplementer ini adalah mengaitkannya dengan pembedaan yang kita pelajari dari Kant, antara kawasan pengetahuan-nirmustahil dan kebodohan-pasti.
Logika analitik dapat digunakan untuk menghasilkan pengetahuan kapan saja bilamana yang terpikir dipaparkan di dalam tapal batas transendental (umpamanya, sesuatu yang dapat kita lihat). Akan tetapi, begitu kata-kata untuk memerikan hal-hal yang terletak di luar tapal batas ini digunakan, logika analitik bukan hanya kehilangan dayapenjelasnya, melainkan sesungguhnya juga dapat menjerumuskan kita ke dalam penyimpulan yang menyesatkan. Contoh kasus sebagaimana yang diperlihatkan oleh Chuang Tzu kepada kita dalam memaparkan Tao, bila berhadapan dengan persoalan yang tidak begitu kita ketahui dengan pasti, kita bisa menemukan hal-hal yang kita yakini dengan memanfaatkan logika sintetik untuk memperoleh wawasan yang dibutuhkan untuk mendukung keyakinan-keyakinan itu.
Istilah “analitik” dan “sintetik” telah dipakai oleh filsuf-filsuf dengan berbagai cara yang berbeda. Dalam waktu yang relatif lama, cara yang pada umumnya diterima pemakaiannya untuk menunjukkan dua metode argumentasi adalah cara penggunaan istilah-istilah ala Euklides. Namun Kant mengembangkan cara-baru penggunaan istilah-istilah tersebut, yang dengan demikian menunjukkan dua tipe proposisiyang berlainan. Menurut Kant, proposisi adalah analitik jika subyeknya “terkandung di dalam” predikatnya, sedangkan yang sintetik adalah yang subyeknya berada “di luar” predikatnya. Jadi, proposisi dalam ungkapan “Merah adalah warna” termasuk analitik, karena konsep “merah” masuk sebagai salah satu unsur konsep “warna”. Berdasarkan hal itu, proposisi “Kapur tulis ini putih” adalahsintetik, karena seseorang tidak akan mengetahui bahwa benda tersebut adalah “kapur tulis” jika hanya diberitahu bahwa kapur tulis itu putih (Palmquist, 2000).
Menurut Palmquist (2000), Kant juga memberi beberapa pedoman lain yang lebih ketat untuk menentukan apakah suatu proposisi adalah analitik ataukah sintetik. Kebenaran proposisi analitikselalu bisa diketahui melalui logika saja. Jadi, jika makna kata-kata sudah diketahui, proposisi ini tidak informatif. Proposisi analitik mampu menjelaskan dirinya sendiri. Yang harus dilakukan hanyalah mengatakan “merah” dan bagi mereka yang memahami makna kata ‘merah’ akan segera tahu bahwa pembicara sedang membicarakan warna. Seperti halnya penyimpulan deduktif yang baik, kebenaran proposisi analitik bersifat konseptual murni dan, karenanya, bersifat niscaya. Sebaliknya, kebenaran proposisi sintetik mensyaratkan pemanfaatan sesuatu yang lebih dari sekadar konsep. Seperti argumen induktif, pada proposisi sintetik terdapat pemanfaatan intuisi, yaitu keadaan faktual obyek. Akibatnya, proposisi sintetik selalu informatif dan kebenaran simpulannya tergantung pada keadaan obyek yang terus-menerus eksis. Jika misalnya seseorang memberitahu bahwa sepotong kapur tulis yang tersembunyi dalam genggaman tangannya itu putih, maka kebenaran pernyataannya tergantung pada apakah orang itu mengelabui pendengar atau berkata benar.




2.      KARANGAN ILMIAH

Karangan ilmiah merupakan suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau keilmiahannya.

a.    Macam-macam karya ilmiah
-      Laporan penelitian 
-      Skripsi
-      Tesis
-      Disertasi
-      Surat pembaca
-      Laporan kasus
-      Laporan tinjauan
-      Resensi
-      Monograf
-      Referat
-      Kabilitasi

b.    Perbedaan skripsi, tesis dan disertasi
-      Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-obyektif, baik berdasarkan penelitian langsung, observasi lapangan atau penelitian di laboratorium, ataupun studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.
-      Tesis adalah jenis karya tulis dari hasil studi sistematis atas masalah. Tesis mengandung metode pengumpulan, analisis dan pengolahan data, dan menyajikan kesimpulan serta mengajukan rekomendasi. Orisinalitas tesis harus nampak, yaitu dengan menunjukkan pemikiran yang bebas dan kritis. Penulisannya baku dan tesis dipertahankan dalam sidang. Tesis juga bersifat argumentative dan dihasilkan dari suatu proses penelitian yang memiliki bobot orisinalitas tertentu.
-      Disertasi adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan program S3 ilmu pendidikan. Disertasi merupakan bukti kemampuan yang bersangkutan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan penemuan baru dalam salah satu disiplin ilmu pendidikan.

c.    Karangan ilmiah populer
Karangan ilmiah populer merupakan suatu karya yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang populer sehingga mudah dipahami oleh masyarakat dan menarik untuk dibaca.

d.    Jurnal ilmiah
Jurnal ilmiah merupakan salah satu jenis jurnal akademik di mana penulis mempublikasikan artikel ilmiah. Untuk memastikan kualitas ilmiah pada artikel yang diterbitkan, suatu artikel biasa diteliti oleh rekan-rekan sejawatnya dan direvisi oleh penulis, hal ini dikenal sebagai peer review(penelaahan sejawat).



MENULIS LAPORAN ILMIAH

a.    Konsep, jenis, dan ciri-ciri laporan ilmiah
Ada beberapa hal yang mendasari dalam pembuatan laporan ilmiah diantaranya:
-      Kegiatan menulis laporan ilmiah merupakan kegiatan utama terakhir dari suatu kegiatan ilmiah.
-      Laporan ilmiah mengemukakan permasalahan yang ditulis secara benar, jelas, terperinci, dan ringkas.
-      Laporan ilmiah merupakan media yang baik untuk berkomunikasi di lingkungan akademisi atau sesama ilmuwan.
-      Laporan ilmiah merupakan suatu dokumen tentang kegiatan ilmiah dalam memecahkan masalah secara jujur, jelas, dan tepat tentang prosedur, alat, hasil temuan, serta implikasinya.
-      Laporan ilmiah dapat digunakan sebagai acuan bagi ilmuwan lain sehingga syarat-syarat tulisan ilmiah berlaku juga untuk laporan.

Dari beberapa sumber yang ada, terdapat 3(tiga) jenis laporan ilmiah yaitu sebagai berikut:
-      Laporan lengkap (Monograf)
Menjelaskan proses penelitian secara menyeluruh. Teknik penyajian sesuai dengan aturan (kesepakatan) golongan profesi dalam bidang ilmu yang bersangkutan. Menjelaskan hal-hal yang sebenarnya yang terjadi pada setiap tingkat analisis. Menjelaskan juga kegagalan yang dialami,di samping keberhasilan yang dicapai. Organisasi laporan harus disusun secara sistamatis (misalnya :judul bab,subbab dan seterusnya,haruslah padat dan jelas).
-      Artikel ilmiah
Artikel ilmiah biasanya merupakan perasan dari laporan lengkap. Isi artikel ilmiah harus difokuskan kepada masalah penelitian tunggal yang obyektif. Artikel ilmiah merupakan pemantapan informasi tentang materi-materi yang terdapat dalam laporan lengkap.

-      Laporan ringkas
Laporan ringkas adalah penulisan kembali isi laporan atau artikel dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti dengan bahasa yang tidak terlalu teknis (untuk konsumsi masyarakat umum).

Adapun ciri-ciri laporan yang baik antara lain:
-      Penggunaan bahasa yang ilmiah (baku). 
-      Dalam penulisan laporan hanya menerima tulisan dengan jenis perintah bukan tanya.
-      Laporan disertakan dengan identifikasi masalah
-      Data yang lengkap sebagai pendukung laporan
-      Adanya kesimpulan dan saran
-      Laporan dibuat menarik dan juga interaktif

b.    Unsur-unsur kerangka laporan
Kerangka Laporan ilmiah umumnya terdiri dari 3 atau 4 bagian yang disusun dari atas kebawah sebagai berikut:
-      Judul laporan terdiri terutama subjek, atau didahului dengan ‘ Laporan tentang’ , ‘Laporan Kemajuan tentang’, ’Laporan Tahunan tentang’, ’Penelitian tentang’ dan sebagainya. Judul laporan berbeda dari judul buku.
-      Nama dan identitas penerima laporan Unsur ini tidak selalu ditulis. Jika ditulis, maka sebelumnya didahului dengan kata-kata ‘Diserahkan kepada’. Jika penerima laporan memiliki kedudukan resmi, tulislah kedudukan itu. Dan Nama dan identitas penulis Sebelum nama penulis biasanya didahului dengan perkataan ‘Oleh’ dan diikuti oleh gelar.
-      Tempat dan tanggal dibagian bawah halaman ditulis tempat dan tanggal dalam 2 baris terpisah.

c.    Persyaratan bagi pembuat laporan ilmiah
-      Memiliki pengetahuan tangan pertama tentang hal yang dilaporkan. Sering kali pengetahuan tangan pertama itu perlu dilengkapi dengan pengetahuan dan pengalaman orang lain.
-      Memiliki sifat tekun dan teliti. Laporan yang baik tidak meninggalkan pertanyaan tak terjawab bagi pembacanya. Semua kesimpulan yang dapat ditarik dan pernyataan-pernyataan umum harus dibuat secara tepat.
-      Bersifat objektif. Pernyataan yang dibuat harus menurut kenyataan; kesimpulan dan rekomendasi dibenarkan oleh kenyataan, walaupun konklusi dan rekomendasi itu berlawanan dengan yang diharapkan, bahkan dapat berakibat merugikan bagi dirinya sendiri.
-      Kemampuan untuk menganalisis dan menyamaratakan. Laporan itu adalah sebuah analisis. Pembuat laporan membagi-bagi subjek, memperlihatkan bagian-bagian yang berbeda, dan menunjukkan kaitannya satu dengan yang lain.

d.    Manfaat penyusunan laporan ilmiah
-      Dasar penentuan kebijakan dan pengarahan pimpinan
-      Bahan penyusunan rencana kegiatan berikutnya
-      Mengetahui perkembangan dan proses peningkatan kegiatan
-      Data sejarah perkembangan satuan yang bersangkutan dan lain-lain.

    FORMAT MAKALAH ILMIAH

Makalah adalah karya tulis ilmiah yang membahas pokok masalah tertentu yang tercakup dalam ruang lingkup tertentu. Makalah juga dapat diartikan sebagai karya akademis yang biasanya diterbitkan atau dipublikasikan pada jurnal yang bersifat ilmiah.

a.    Format makalah ilmiah

1.     Bagian awal atau pembuka
Bagian awal ini dimulai dari halaman judul sampai dengan abstrakpenelitian. Komponen-komponen bagian ini  secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
-      Halaman Sampul dan Halaman Judul
-      Halaman Persetujuan
-      Halaman Pengesahan
-      Kata Pengantar
-      Daftar Isi
-      Daftar Tabel dan Halaman Gambar (jika ada)
-      Abstrak

2.    Bagian isi
BAB I PENDAHULUAN
-      Latar Belakang Masalah
-      Rumusan masalah
-      Tujuan Penelitian
-      Manfaat Penelitian
-      Batasan masalah
-      Definisi Istilah (Boleh ada, boleh tidak)

BAB II KAJIAN PUSTAKA/LANDASAN TEORI
-      Kerangka Teoretis
-      Kerangka Pemikiran
-      Hipotesis (jika ada)

BAB III METODE PENELITIAN
-      Subjek dan Objek
-      Metode Pengumpulan Data
-      Alat Penelitian
-      Metode Analisis Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
-      Hasil Penelitian
-      Pembahasan

BAB V KESIMPULAN SARAN
-      Kesimpulan
-      Saran

3.    Bagian akhir
-      Daftar Pustaka
Bagian ini berisi daftar semua pustaka yang dijadikan acuan atau pegangan, serta landasan penelitian. Daftar pustaka disusun atas dasar alfabetis nama pengarang tanpa nomor urut. (1) nama pengarang, (2) tahun terbit, (3) judul buku, (4) tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit.

b.    Topik, tujuan, dan tesis makalah ilmiah
Persiapan untuk menulis sebuah karya ilmiah berbeda dengan persiapan menulis sebuah berita. Jika menulis berita topik sudah tersedia, yakni hal yang harus diliput. Tidak demikian dengan karya ilmiah seringkali topik sudah ditentukan tapi terkadang juga si penulis harus menentukan topiknya sendiri. Biasanya topik yang dipilih berkaitan dengan hal yang sedang diteliti. Karya ilmiah harus disusun secara sistematis, setiap langkah terencana serta terkendali, konseptual dan prosedural. Berdasarkan syarat tersebut kemudian dilakukan pemilihan topik disertai penetapan tujuan, kemudian topik dan tujuan tersebut dirumuskan menjadi sebuah tesis yang utuh.
Topik seringkali sulit dibedakan dari judul, sebuah topik dapat apa saja pada akhirnya dijadikan judul tulisan. Tetapi topik tidak sama dengan judul, tidak selalu sebuah topik adalah sebuah judul. Mungkin saja terjadi sebuah judul mengandung topik. Dalam Keraf (1997), dikatakan bahwa topik berasal dari kata Yunani, topoi, yang berarti ‘tempat’.
Ada empat syarat memilih topik, yaitu:
-      Menarik minat penulis
-      Diketahui dan dikuasai oleh penulis
-      Harus cukup sempit dan terbatas. Sebaiknya tidak terlalu baru, teknis, atau controversial (khusus untuk penulis pemula).






3. KONSEP MENULIS LAPORAN ILMIAH
1.  Pengertian Penulisan Ilmiah
Penulisan ilmiah adalah penulisan hasil berpikir ilmiah yang di dalamnya mencerminkan ciri ilmu pengetahuan. Penulisan Ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh seorang penulis berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya. Definisi lain juga menyebutkan bahwa karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.

2.  Ciri Penulisan Ilmiah
Ciri-ciri dari penulisan ilmiah antara lain adalah:
1)     Isi mencerminkan hakikat ilmu pengetahuan atau objek ilmu tertentu.
2)     Mengandung teori atau kerangka berpikir.
3)     Terdapat metode analisis (cara mencari dan menemukan kebenaran).
4)     Mengandung penalaran.

3.  Tipe-tipe Tulisan Ilmiah
Menurut Jonathan Sarwono, (2010 : 11), pada umumnya, tulisan ilmiah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tu;lisan ilmiah populer dan tulisan ilmiah murni.
1)     Ciri-ciri dan karakteristik tulisan ilmiah populer, antara lain:
(a)  Adanya pesan yang dipergunakan untuk menarik perhatian pembaca, yang dapat juga dikatakan persuasif. Hal ini disebabkan karena pada umumnya pembaca yang ditargetkan ialah umum atau bukan spesialis di bidang ahli mengenai topik bahasan yang ditulis.
(b)   Isi tulisan diusahakan untuk memikat pembaca agar yang bersangkutan tetap terus membaca tulisan tersebut sampai selesai.
(c)    Penulisan melakukan kontekstualisasi data hasil riset ke dalam tulisan tersebut sehingga data dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca umum.
(d)   Bahasa yang dipergunakan bersifat umum dan tidak menggunakan terminologi khusus yang hanya dipahami oleh ilmuwan atau kelompok tertentu.
(e)    Biasanya struktur kalimat yang dipergunakan ialah kalimat aktif.
(f)     Gaya penulisan tidak baku.
(g)    Umumnya, informasi dipaparkan dalam bentuk narasi.
(h)  Uraian dipaparkan ke dalam bentuk umum yang dapat menarik, baik aspek intelektual pembaca maupun menyentuh emosi pembaca yang bersangkutan.
(i)    Secara implisit, kadang mengandung pesan tertentu berupa keinginan penulis agar pembaca melakukan tindakan tertentu.
2)     Ciri-ciri dan karakteristik tulisan ilmiah murni, antara lain:
(a)     Penulis berusaha memaparkan data apa adanya secara objektif.
(b)    Temuan kajian ditulis dalam bentuk sistematis, terstruktur, dan baku.
(c)  Penulis banyak menggunakan bahasa dan terminologi khusus atau disebut “jargon ilmiah” yang hanya dapat dipahami oleh ilmuwan yang sama bidang ilmunya dengan pokok bahasan yang ditulis.
(d)    Umumnya, menggunakan struktur kalimat pasif.
(e)    Gaya penulisan yang dipakai bersifat baku.
(f)  Tulisan digunakan untuk mendapatkan informasi dalam bentuk khusus yang hanya digunakan untuk menarik kemampuan intelektual pembaca.
(g)    Tulisan bersifat bebas dari opini penulis.
(h)    Terdapat jarak antara penulis dengan hal-hal yang dikaji.

4.  Macam-macam Karya Tulis Ilmiah
Salah satu ciri khas karya ilmiah adalah lewat bentuknya yakni tertulis, baik di buku, jurnal, majalah, surat kabar, maupun yang tersebar di internet. Sesuai dengan cirinya yang tertulis, maka karya tulis ilmiah dapat berwujud dalam bentuk makalah (dalam seminar atau simposium), artikel, laporan praktikum, skripsi, tesis, dan disertasi, yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
1)     Makalah
Makalah adalah karya ilmiah yang membahas suatu pokok persoalan, sebagai hasil penelitian atau sebagai hasil kajian yang disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah (seminar) atau yang berkenaan dengan tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen yang harus diselesaikan secara tertulis oleh mahasiswa.
2)     Skripsi
Skripsi adalah karya ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan atau kajian pustaka dan dipertahankan di depan sidang ujian dalam rangka penyelesaian studi tingkat strata satu (S1) untuk memperoleh gelar sarjana.
3)     Tesis
Tesis adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat program strata dua (S2), yang diajukan untuk dinilai oleh tim penguji guna memperoleh gelar magister. Pembahasan dalam tesis mencoba mengungkapkan persoalan ilmiah tertentu dan memecahkannya secara analisis kristis.
4)     Disertasi
Disertasi adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat strata tiga (S3) yang dipertahankan di depan sidang ujian promosi untuk memperoleh gelar Doktor (Dr.). Pembahasan dalam disertasi harus analitis kritis, dan merupakan upaya pendalaman dan pengembangan ilmu pengetahuan yang ditekuni oleh mahasiswa yang bersangkutan, dengan menggunakan pendekatan multidisipliner yang dapat memberikan suatu kesimpulan yang berimplikasi filosofis dan mencakup beberapa bidang ilmiah.

5)     Artikel
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2002 : 66) menjelaskan bahwa “Artikel merupakan karya tulis lengkap, seperti laporan berita atau esai di majalah, surat kabar, dan sebagainya”.  Tartono, (2005 : 84), berpendapat bahwa “Artikel adalah sebuah karangan prosa yang dimuat dalam media massa, yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus yang berkembang dalam masyarakat secara lugas”.