BAB I
PENDAHULUAN
1. Perilaku konsumen
Perilaku konsumen adalah aktivitas
seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau jasa
(Blackwell, Miniard, & Engel, 2001). Sedangkan The American Marketing
Association mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis dari
pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan
pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan
pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses
konsumsi (Peter & Olson, 2005). Perilaku konsumen menitikberatkan pada
aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu. Perilaku konsumen
berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian,
penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan pribadi (Hanna & Wozniak, 2001).
2. Pemikiran yang Benar
tentang Konsumen
1. Konsumen adalah
RAJA
2. Motivasi dan
perilaku konsumen dapat dimengerti melalui penelitian.
3. Perilaku
konsumen dapat dipengaruhi melalui kegiatan persuasif yang menghadapi konsumen
secara serius sebagai pihak yang berkuasa dan dengan maksud tertentu.
4. Bujukkan dan
pengaruh konsumen memiliki hasil yang menguntungkan secara sosial asalkan
pengamanan hukum, etika, dan moral berada pada tempatnya untuk mengekang upaya
manipulasi.
Bila ke empat premis ini
diabaikan, konsekuensinya hampir selalu negatif. Kami memberikan contoh dari
hasil pemikiran yang benar maupun yang salah mengenai konsumen. Kami lebih jauh
mendemonstrasikan bahwa penelitian konsumen, bila ditanggapi dan ditafsirkan
dengan benar, memberikan masukan yang esensial untuk strategi pemasaran yang
baik dalam organisasi yang mencari laba maupun yang tidak mencari laba.
Akhirnya, penelitian juga berfungsi sebagai basis untuk pendidikan dan
perlindungan konsumen, dan melengkapi informasi yang penting untuk keputusan
kebijakkan umum.
Krisis ubah perilaku konsumen
Krisis keuangan global mungkin telah memaksa
banyak orang menunda liburan impiannya. Namun, konsumen rupanya masih mau
membelanjakan uang untuk barang yang dianggap penting, yaitu produk kecantikan
dan perawatan kesehatan.
Sebuah survei internasional oleh perusahaan
riset pasar, Synovate, memperlihatkan pengeluaran untuk kosmetik dan perawatan
kesehatan tampaknya tetap bertahan. Padahal, merosotnya
perekonomian belakangan ini telah mengubah perilaku
konsumen di seluruh dunia.
Survei itu menemukan, 41% orang merencanakan membelanjakan
jumlah yang sama untuk kosmetik, seperti sebelum mulainya krisis ini. Hanya 27% yang mengatakan mereka akan
mengurangi pengeluaran.
Sementara untuk produk-produk perawatan
kesehatan, 55% responden
mengatakan mereka akan membelanjakan jumlah yang sama. Hanya hanya 17% yang akan mengurangi
pengeluaran. Survei itu menanyai 11.500 orang di belasan negara, termasuk
Brasil, Yunani, Meksiko, Belanda, Rusia, Inggris, dan AS. Walau ada prakiraan ekonomi
yang suram di negara mereka, responden dari Denmark, Brasil, dan Malaysia merupakan yang
paling optimistis mengenai kekuatan perekonomian mereka. Adapun mereka yang
dari AS dan Inggris adalah responden yang paling pesimistis.
AS telah terjebak dalam resesi ekonomi.
Sementara data bulan Desember memperlihatkan Inggris bergerak mendekat ke
resesi. Krisis ekonomi dunia muncul sejak tahun lalu, berawal dari krisis
sektor perumahan AS yang kemudian memukul pasar keuangan global dan mengimbas
ke perekonomian dunia. Secara
keseluruhan, konsumen di banyak negara mengatakan mereka mengurangi pengeluaran
uang untuk barang- barang mewah. Hanya 10% dari responden di
Brasil yang mengakui akan membelanjakan lebih banyak untuk barang mewah.
Sementara 49% penduduk Hongkong dan 72% warga Denmark mengatakan,
pengeluaran mereka untuk barang-barang mewah akan tetap sama.
Lebih banyak konsumen, terutama di Brasil,
Inggris, Perancis, Yunani, dan AS, mengatakan, mereka akan lebih ketat melihat
harga sebelum berani melakukan transaksi. Namun, banyak pembeli di
Malaysia, Taiwan, dan Hongkong yang mengatakan mereka tidak terlalu
memerhatikan harga barang sebelum membeli. Kini, membeli tanpa
perencanaan menjadi cerita lalu. Tak ada lagi pembeli yang membeli hanya karena
suasana hati. Ini yang dungkapkan sekitar 82% orang Amerika, 76%orang Inggris, 78% orang Belgia, dan 70% orang Perancis. Namun, 55% orang Hongkong dan 72% orang Denmark mengatakan
membeli secara impulsif dalam jumlah yang sama seperti sebelumnya. Berlibur dan barang-barang
bermerek merupakan yang hal pertama yang harus dikorbankan kala anggaran
keluarga dipotong. Namun, pilihan-pilihan ini berbeda di seluruh dunia.
3. Penelitian Konsumen Sebagai Suatu Bidang yang Dinamis
Terdapat
tiga pendekatan utama dalam meneliti perilaku konsumen. Pendekatan pertama
adalah pendekatan interpretif. Pendekatan ini menggali secara mendalam
perilaku konsumsi dan hal yang mendasarinya. Studi dilakukan dengan melalui
wawancara panjang dan untuk memahami apa makna sebuah produk dan jasa bagi konsumen dan apa
yang dirasakan dan dialami konsumen ketika membeli dan menggunakannya.
Pendekatan
ke dua adalah pendekatan tradisional yang didasari pada teori dan metode dari ilmu psikologi kognitif, sosial, dan behaviorial serta
dari ilmu sosiologi. Pendekatan ini
bertujuan mengembangkan teori dan metode untuk menjelaskan perilaku dan
pembuatan keputusan konsumen. Studi dilakukan melalui eksperimen dan survei
untuk menguji coba teori dan mencari pemahaman tentang bagaimana seorang
konsumen memproses informasi, membuat keputusan, serta pengaruh lingkungan
sosial terhadap perilaku konsumen.
Pendekatan
ke tiga disebut sebagai sains pemasaran yang didasari pada teori dan metode
dari ilmu ekonomi dan statistika. Pendekatan ini dilakukan dengan
mengembangkan dan menguji coba modelmatematika berdasarkan hierarki kebutuhan manusia
menurut Abraham Maslow untuk memprediksi
pengaruh strategi marketing terhadap pilihan dan pola konsumsi, yang dikenal
dengan sebutan moving rate
analysis.
Ketiga
pendekatan sama-sama memiliki nilai dan tinggi dan memberikan pemahaman atas
perilaku konsumen dan strategi marketing dari sudut pandang dan tingkatan
analisis yang berbeda. Sebuah perusahaan dapat saja menggunakan salah satu atau
seluruh pendekatan, tergantung permasalahan yang dihadapi perusahaan tersebut.
BAB II
SEGMENTASI PASAR DAN
ANALISIS DEMOGRAFI
1.
Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar adalah strategi pemasaran yang membagi
target pasar yang luas ke dalam kelompok dari konsumen yang memiliki kebutuhan
umum yang sama. Tergantung pada karakteristik khusus dari produk, kelompok ini
dapat dibagi dengan kriteria seperti usia dan jenis kelamin, atau perbedaan
lain, seperti lokasi atau pendapatan. Kampanye pemasaran dapat dirancang dan
dilaksanakan untuk menargetkan segmen pelanggan tertentu.
a.
segmentasi
dan kepuasan konsumen
Kepuasan
konsumen terbagi menjadi 2:
a. Kepuasan Fungsional,
merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi atau pemakaian
b. Suatu produk. Misal : karena
makan membuat perut kita menjadi kenyang.
c. Kepuasan Psikologikal, merupakan
kepuasan yang diperoleh dari atribut
d. Tidak berwujud. Misal :
Perasaan bangga karena mendapat pelayanan yang sangat istimewa dari sebuah
rumah makan yang mewah
Menurut Fandy Tjiptono (1997:35), metode yang
digunakan untuk mengukur kepuasan konsumen dapat dengan cara :
Pengukuran dapat dilakukan secara langsung
dengan pertanyaan.
A. Responden diberi pertanyaan
mengenai seberapa besar mereka mengharapkan suatu atribut tertentu dan
seberapa besar yang dirasakan.
B. Responden diminta untuk
menuliskan masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan penawaran dari
perusahan dan juga diminta untuk menuliskan masalah-masalah yang mereka hadapi
berkaitan dengan penawaran dari perusahaan dan juga diminta untuk menuliskan
perbaikan yang mereka sarankan
C. Responden dapat diminta untuk
meranking berbagai elemen dari penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap
elemen dan seberapa baik kinerja perusahan dalam masing-masing elemen
b. segmentasi dan profitabilitas
Sartono berpendapat bahwa
profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya
dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi
investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisa
profitabilitas ini.
Hubungan antara kepuasan pelanggan dan
profitabilitas sangatlah erat. Studi yang menunjukkan hal ini, terutama
sepanjang dekade 80-an dan awal 90-an sudah sangat banyak. Secara logikapun,
pelaku bisnis juga dengan mudah meyakini adanya hubungan antara dua hal ini.
Kepuasan pelanggan pada dasarnya adalah
fungsi dari harapan dan persepsi terhadap kinerja suatu merek setelah pelanggan
menggunakan atau mendapatkan pelayanan. Di lain pihak, loyalitas adalah fungsi
kepuasan pelanggan dan faktor lain. Faktor lain yang terutama adalah switching
barrier dan personal loyalty. Jadi, pelanggan yang puas, tidaklah 100% akan
loyal karena adanya kedua faktor tersebut. Tetapi adalah masih benar bahwa
pelanggan yang puas, akan mempunyai kecenderungan untuk loyal terhadap merek
tersebut.
c. penggunaan segmentasi dalam strategi pemasaran
Untuk dapat memenuhi kepuasan konsumen,
perusahaan memiliki dua strategi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Strategi Menyerang
Yaitu adanya sikap agresif dalam melakukan
pemasaran kepada pelanggan. Cara yang dilakukan dalam mengimpletasikan strategi
ini seperti dengan melakukan promosi.
2. Srategi
Bertahan
Strategi bertahan yang dimaksud yakni dengan
mempertahankan yang sudah ada dan berusaha menambahkan fasilitas menjadi lebih
baik lagi.
2. Rencana Perubahan
a. Analisis
konsumen dan kebijakan sosial
Analisis konsumen berguna untuk melihat
bagaimana konsumen mengambil keputusan dan peran pemasaran di
dalamnya.
Pengambilan Keputusan Konsumen
Proses pengambilan keputusan yang dilakukan
seseorang mengalami berbagai pentahapan sebagai berikut:
1. Analisis Kebutuhan.
Konsumen merasa bahwa dia membutuhkan sesuatu
untuk memenuhi keinginannya. Kebutuhan itu bisa dibangkitkan oleh dirinya
sendiri ataupun stimulus eksternal. Stimulus bisa melalui lingkungan bergaul,
sesuatu yang dilihat, ataupun dari komunikasi produk atau jasa perusahaan
2. Pencarian Informasi
Setelah kebutuhan itu dirasakan, konsumen
kemudian mencari produk ataupun jasa yang bisa memenuhi kebutuhannya.
3. Evaluasi Alternatif.
Konsumen kemudian mengadakan evaluasi
terhadap berbagai alternatif yang tersedia mulai dari keuntungan dan manfaat
yang dia peroleh dibandingkan biaya yang harus ia keluarkan.
4. Keputusan Pembelian. Konsumen memutuskan
untuk membeli merek tertentu dengan harga tertentu, warna tertentu.
5. Sikap Paska Pembelian. Sikap paska
pembelian menyangkut sikap konsumen setelah membeli produk ataupun mengkonsumsi
suatu jasa. Apakah dia akan puas dan terpenuhi kebutuhannya dengan produk atau
jasa tersebut atau tidak.
Analisis Kebijakan
Sosial
Analisis kebijakan dapat dibedakan dengan
pembuatan atau pengembangan kebijakan (policy development). Analisis kebijakan
tidak mencakup pembuatan proposal perumusan kebijakan yang akan datang.
Analisis kebijakan lebih menekankan pada penelaahan kebijakn yang
sudah ada. Sementara itu, pengembangan kebijakan lebih difokuskan pada proses
pembuatan proposal perumusan
kebijakan yang baru. Namun demikian, baik analisis
kebijakan maupun pengembangan kebijakan keduanya memfokuskan pada konsekuensi-konsekuensi
kebijakan.
b. perubahan
struktur pasar konsumen
1. Pasar Persaingan Sempurna
2. Pasar Monopolistik
3. Pasar Oligopoli
4. Pasar Monopoli
BAB III
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN OLEH KONSUMEN
1. Model Proses Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan
meliputi empat tahap yang saling
berhubungan dan berurutan. Empat proses tersebut
adalah :
1. Intelligence
Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses, dan diuji dalam rangka mengidentifikasi masalah.
Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses, dan diuji dalam rangka mengidentifikasi masalah.
2. Design
Tahap ini adalah proses menemukan, mengembangkan, dan menganalisis alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk mengertimasalah, menurunkan solusi, dan menguji kelayakan solusi.
Tahap ini adalah proses menemukan, mengembangkan, dan menganalisis alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk mengertimasalah, menurunkan solusi, dan menguji kelayakan solusi.
3. Choice
Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin akan dijalankan. Tahap ini meliputi pencarian, evaluasi, dan rekomendasi solusi yang sesuai untuk model yang telah dibuat. Solusi dari model merupakan nilai spesifik untuk variabel hasil pada alternatif yang dipilih.
Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin akan dijalankan. Tahap ini meliputi pencarian, evaluasi, dan rekomendasi solusi yang sesuai untuk model yang telah dibuat. Solusi dari model merupakan nilai spesifik untuk variabel hasil pada alternatif yang dipilih.
4. Implementation
Tahap implementasi adalah tahap pelaksanaan dari keputusan yang telah diambil. Pada tahap ini diperlukan untuk menyusun serangkian tindakan yang terencana, sehingga hasil keputusan dapat dipantau dan disesuaikan apabila diperlukan perbaikan.
Tahap implementasi adalah tahap pelaksanaan dari keputusan yang telah diambil. Pada tahap ini diperlukan untuk menyusun serangkian tindakan yang terencana, sehingga hasil keputusan dapat dipantau dan disesuaikan apabila diperlukan perbaikan.
2. Tipe-tipe Proses
Pengambilan Keputusan
1. Tipe Ketergantungan
Tidak mempunyai pendirian yang tegas. Hanya
tergantung kepada keputusan orang lain.
2. Tipe
Eksploitatif
Mengeksploitasi orang lain.
3. Tipe Tabungan
Cenderung “menabung” idenya sendiri untuk
perkuat posisi. Tidak
bersedia “sharing” kepandaian kepada orang lain.
4. Tipe
Pemasaran
Pengambilan keputusan “menjual” (Pamer).
5. Tipe Produktif
Adanya kemampuan, pengetahuan dan
keterampilan serta pandangan
jauh ke depan. Penuh Inisiatif dan Kreatif.
3. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pemecahan Masalah
Faktornya antara lain :
1. Masalah
Sederhana.
Berskala besar, tidak berdiri senidri, mengandung
konsekuensi besar, pemecahannya
memerlukan pemikiran yang tajam dan analitis.Pemecahan masalah dilakukan secara
kelompok yang melibatkan pimpinan, dan segenap staf pembantunya.
Jenis masalahnya ada yang terstruktur dan tidak terstruktur.
2. Masalah Rumit
Masalah yang jelas faktor penyebabnya, bersifat rutin dan
biasanya timbul berulang kali sehingga pemecahannya dapat dilakukan
dengan teknik pengambilan keputusan yang bersifat rutin, repetitive dan
dibakukan. Sifatnya lebih mudah atau cepat. Salah satu caranya dengan
penyusunan metode.
3. Masalah yang terstruktur
Penyimpangan dari masalah organisasi yang
bersifat umum, tidak
rutin, tidak jelas penyebabnya dan konsekuensinya, serta tidak
repetitif kasusnya. Relatif lebih sulit dan lebih lama, diperlukan teknik
PK yang bersifat non- programmed decision-making.
4. Masalah yang Tidak Terstruktur
Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi.
Data objektif dipisahkan dari persepsi. Semua pihak yang diperlakukan
sebagai sumber informasi. Masalah harus dinyatakan secara tegas untuk
menghindari dari pembuatan defines yang tidak jelas. Definisi yang dibuat
harus dinyatakan secara jelas adanya ketidak sesuaian antara standar atau
harapan yang telah ditetapkan sebelumnya dan kenyataan yang terjadi.
Definisi yangdibuat harus menyatakan dengan jelas, pihak-pihak yang terkait
atau berkepentingan dengan terjadinya masalah. Definisi yang dibuat bukanlah
seperti solusi yang samar.
4. Pembelian
Pembelian adalah
proses penemuan sumber dan pemesanan bahan, jasa, dan perlengkapan. Kegiatan
tersebut terkadang disebut Pengadaan barang. Tujuan utamanya adalah memperoleh
bahan dengan biaya serendah mungkin yang konsisten dengan kualitas dan jasa
yang dipersyaratkan.
5. Diagnosa perilaku konsumen
Kepuasan konsumen
merupakan masalah penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan termasuk
bank. Perilaku konsumen mencerminkan mengapa seseorang konsumen membeli suatu
produk dan bagaiamana konsumen itu memilih dan membeli suatu produk. Konsumen
akan membeli suatu produk untuk memenuhi kebutuhan yang diharapkannya. Oleh
karena itu seorang konsumen akan memilih barang yang memenuhi harapannya.
Dengan mengkaji
perilaku konsumen perusahaan dapat mengetahui tentang hasil diagnosa siapa dan
apa serta bagaimana kebenaran tentang pemakaian suatu poduk. Dari perilaku
konsumen menyenangi produk saingan dan kurang menyenangi produk yang dihasilkan
suatu perusahaan.
BAB IV
EVALUASI ALTERNATIF SEBELUM PEMBELIAN
1. Kriteria Evaluasi
a. Pedoman – pedoman
tentang program pendidikan jasmani yang berlaku.
b. Persepsi para
pengembang program yang teruji secara teoritis.
c. Pertimbangan
evaluator.
Sesuai dengan permasalahan
terdahulu yaitu pada bagian pendahuluan pelaksana program pendidikan jasmani.
Oleh sebab itu program ini perlu di evaluasi. Dari evaluasi tersebut pihak
perencana, pengambil keputusan, dan pelaksana akan mendapatkan masukan yang diperlukan
guna penyempurnaan lebih lanjut.
Penelitian evaluasi tentang
pelaksanaan program pendidikan jasmani dapat dilakukan dengan membandingkan
antara proses pelaksanaan program atau proses pelaksanaan yang program yang
terjadi dalam pembelajaran dengan proses pembelajaran yang seharusnya
dilaksanakan atau yang sesuai kurikulum ideal, yaitu termuat dalam buku GBPP
kurikulum pendidikan jasmani.
2. Menentukan Alternatif Pilihan
Keputusan untuk membeli yang diambil oleh
pembeli itu sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Setiap
keputusan membeli mempunyai beberapa komponen:
1. Keputusan tentang jenis
produk ,
2. Keputusan tentang bentuk produk ,
3. Keputusan tentang merk ,
4. Keputusan tentang penjualnya ,
5. Keputusan tentang jumlah produk ,
6. Keputusan tentang waktu pembelian ,dan
7. Keputusan tentang cara pembayaran ,
3. Menaksir
Alternatif Pilihan
Menaksir
alternatif pilihan adalah kegiatan mentaksir atau memprediksi pilihan
alternatif setelah pilihan awal tidak berhasil dicapai, kegiatan ini berfungsi
sebagai rencana jaga-jaga jika ada pilihan yang tidak berhasil.
Konsumen
menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif dalam perangkat
pilihan. Konsep dasar tertenu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen.
Pertama
Kita
menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai kumpulam atribut produk.
Kedua
Konsumen
akan memberikan tingkat arti penting berbeda terhadap atribut berbeda menurut
kebutuhan dan keinginan unik masing-masing.
Ketiga
Konsumen
mungkin akan mengembangkan satu himpunan keyakinan merek mengenai dimana posisi
setiap merek pada setiaap atribut.
Keempat
Harapan
kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada tingkat atribut yang
berbeda.
Kelima
Konsumen
sampai pada sikap terhadap merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi.
Ada
konsumen yang menggunakan lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada
konsumen dan keputusan pembelian. Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif
barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing individu dan situasi
membeli spesifik. Dalam
beberapa keadaan, konsumen menggunakan perhitungan dengan cermat dan pemikiran
secara logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit mengevaluasi
atau bahkan tidak sama sekali. Terkadang Mereka membeli berdasarkan dorongan
sesaat atau tergantung pada intuisi, Kadang-kadang konsumen mengambil keputusan
membeli sendiri, Kadang-kadang mereka bertanya pada teman, petunjuk bagi
konsumen, atau wiraniaga untuk memberi saran pemberian.
Pemasar
harus mempelajari pembeli untuk mengetahui bagaimana sebenarnya mereka
mengevaluasi alternatif merek. Bila mereka mengetahui proses evaluasi apa yang
sedang terjadi, pemasar dapat membuat langkah-langkah untuk mempengaruhi
keputusan membeli.
Jika
ingin membeli handphone, seseorang mungkin akan membuat perbandingan langsung
seluruh merek pada fitur-fitur seperti harga, berat, dan kejelasan tampilan.
Penilaian
perbandingan ini mungkin tidak sepenuhnya akurat.
1. Akurasi penilaian individu
Penelitian
menunjukkan individu yang biasanya tidak memperhatikan perbedaan yang relatif
kecil antara merek atau perubahan atribut merek. Selain itu, kompleksitas
banyak produk dan jasa serta fakta bahwa beberapa aspek kinerja dapat dinilai
hanya setelah digunakan luas membuat perbandingan merek akurat sulit.
2. Penggunaan
indikator pengganti
Secara
umum, indikator pengganti beroperasi lebih kuat ketika konsumen
tidak keahlian untuk membuat penilaian informasi sendiri, ketika konsumen
motivasi atau kepentingan dalam keputusan rendah, dan ketika kualitas informasi
terkait lainnya yang kurang
3. Pentingnya relatif dan
pengaruh kriteria evaluasi
Pentingnya
kriteria evaluatif bervariasi antara individu dan juga di dalam individu yang
sama dari waktu ke waktu. Penggunaan situasi, konteks Kompetitif-Secara umum,
efek Iklan.
4. Menyeleksi Aturan
Pengambilan Keputusan
Setelah
konsumen menerima pengaruh dalam kehidupannya maka mereka sampai pada keputusan
membeli atau menolak produk. Pemasar dianggap berhasil kalau pengaruh-pengaruh
yang diberikannya menghasilkan pembelian dan atau dikonsumsi oleh konsumen.
Keputusan konsumen, tingkatan-tingkatan salam pengambilan keputusan, serta
pengambilan keputusan dari sudut pandang yang berbeda bukan hanya untuk menyangkut
keputusan untuk membeli, melainkan untuk disimpan dan dimiliki konsumen.
4 Menyeleksi Aturan Pengambilan Keputusan
Dalam
mengambil keputusan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yang paling
utama adalah yang paling maksimal dakam memenuhi berbagai kriteria yang dapat
di capai oleh produk.
Tingkat
tinggi satu atribut tidak dapat mengimbangi tingkat rendah yang lain. keputusan
disjungtif aturan dan kata penghubung dapat menghasilkan seperangkat alternatif
yang bisa diterima, sedangkan sisanya aturan umumnya menghasilkan satu
“terbaik” alternatif.
Kata
penghubung Aturan Keputusan
Aturan
keputusan kata penghubung menetapkan standar kinerja minimum yang diperlukan
untuk setiap kriteria evaluatif dan memilih yang pertama atau semua merek yang
memenuhi atau melebihi standar minimum. Karena
individu memiliki keterbatasan kemampuan untuk memproses informasi, aturan kata
penghubung yang sering digunakan untuk mengurangi ukuran tugas pengolahan
informasi untuk beberapa tingkat dikelola
Disjungtif
Aturan Keputusan
Aturan
keputusan disjungtif menetapkan tingkat minimum kinerja untuk setiap atribut
yang penting (sering level yang cukup tinggi). Ketika aturan pengambilan
keputusan disjungtif digunakan oleh target pasar, sangat penting untuk memenuhi
atau melampaui konsumen persyaratan pada setidaknya salah satu kriteria kunci.
Eliminasi
oleh aspek Aturan Keputusan
Untuk
target pasar menggunakan eliminasi oleh aspek aturan, sangat penting untuk
memenuhi atau melampaui satu atau lebih persyaratan konsumen persyaratan
(dalam urutan) dari kriteria yang digunakan dari kompetisi.
Leksikografis
Aturan Keputusan
Aturan
pengambilan keputusan leksikografis mirip dengan eliminasi-oleh aspek aturan-.
Perbedaannya adalah bahwa aturan leksikografis mencari kinerja maksimum pada
setiap tahap, sedangkan eliminasi oleh aspek mencari kinerja yang memuaskan
pada setiap tahap.
Kompensasi Aturan Keputusan
Aturan
keputusan kompensasi menyatakan bahwa merek yang tingkatan tertinggi pada
jumlah konsumen penilaian dari kriteria evaluatif yang relevan akan
dipilih.memiliki tingkat kinerja pada atau di dekat kompetisi pada pentingnya
fitur lebih karena mereka menerima lebih berat dalam keputusan daripada atribut
lainnya.
BAB V
PEMBELIAN
1. Proses Keputusan Membeli
Keputusan
seorang pembeli juga dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya, termasuk usia,
pekerjaan, keadaan ekonomi. Perilaku
konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam melakukan
pembelian. Menurut Kotler (1997)
ada beberapa tahap dalam mengambil suatu keputusan untuk melakukan pembelian,
anatara lain:
a.
Pengenalan Masalah
Merupakan
faktor terpenting dalam melakukan proses pembelian, dimana pembeli akan mengenali suatu masalah atau kebutuhan.
b.
Pencarian informasi.
Seorang
selalu mempunyai minat atau dorongan untuk mencari informasi. Apabila dorongan tersebut kuat dan obyek yang dapat
memuaskan kebutuhan itu tersedia maka konsumen
akan bersedia untuk membelinya.
c.
Evaluasi Alternatif
Konsumen
akan mempunyai pilihan yang tepat dan membuat pilihan alternatif secara teliti
terhadap produk yang akan dibelinya.
d.
Keputusan Pembeli
Setelah
konsumen mempunyai evaluasi alternatif maka konsumen akan membuat keputusan
untuk membeli. Penilaian keputusan menyebabkan konsumen membentuk pilihan merek
di antara beberapa merek yang tersedia.
e.
Evaluasi Pasca Pembalian
Merupakan
proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap
pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan
melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal
ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika
produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan
permintaan akan merek produk tersebut di masa depan. Sebaliknya, konsumen akan
merasa tidak puas jika produk
tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan
konsumen di masa depan.
2. Memilih Alternatif Terbaik
Di
dalam pengambilan keputusan, pengambil keputusan harus memilih salah satu
alternatif di antara banyak alternatif. Pemilihan dapat dilakukan berdasarkan
pada kriteria tertentu, kompromi, atau tekanan. Memang harus diakui ada hasil
keputusan yang memuaskan semua pihak tetapi ada juga yang merugikan pihak lain.
3. Memilih Sumber-sumber Pembelian
Pencarian
informasi dapat bersifat aktif atau pasif, internal atau eksternal, pencarian
informasi yang bersifat aktif dapat berupa kunjungan terhadap beberapa toko
untuk membuat perbandingan harga dan kualitas produk, sedangkan pencarian
informasi pasif hanya dengan membaca iklan di majalah atau surat kabar tanpa
mempunyai tujuan khusus tentang gambaran produk yang diinginkan.Pencarian
informasi internal tentang sumber – sumber pembelian dapat berasal dari
komunikasi perorangan dan pengaruh perorangan yang terutama berasal dari
komunikasi perorangan dan pengaruh perorangan yang terutama berasal dari
pelopor opini, sedangkan informasi eksternal berasal dari media masa dan sumber
informasi dari kegiatan pemasaran perusahaan.
• Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.
•
Sumber komersial : Iklan, wiraniaga, agen, kemasan, pajangan.
•
Sumber publik : media massa, organisasi penilai konsumen.
•
Sumber pengalaman : penanganan, pemeriksaan dan menggunakan produk